Langsung ke konten utama

Batu Kursi & Batu Sholat : Peninggalan Arkeologi Ditemukan di Lahan Garap Tol Gempol-Pandaan

Kisaran Kabupaten Mojokerto sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit di masa lalu banyak meninggalkan benda-benda dan bangunan bernialai sejarah. Sebagian besar peninggalan sejarah yang di temukan di kawasan-kawasan tersebut dalam keadaan terkubur dalam tanah.
Kemarin siang saat saya ada rapat di daerah Ngerong-Gempol saya diberitahu oleh salah seorang kawan akan penemuan batu kursi yang ada di lahan grarapan tol Gempol-Pandaan. Penasaran dengan berita yang disampaikan oleh kawan tersebut, maka saya memutuskan untuk melihat secara langsung mengingat lokasinya tidak terlampau jauh dari tempat saya rapat tadi.
Kurang lebih 10 menit saya sampai ke Dusun Kedanten Desa Wonokoyo Beji yang merupakan lahan Garapan Tol tersebut. Memang pada saat itu jalan tol belum jadi. Proses pengerjaan hanya pada seputar pengerukan tanah yang digunakan untuk pondasi jalan.
image
Batu Kursi
Dalam proses pengerukan inilah ditemukan beberapa batu yang diyakini memiliki kekuatan ghaib. Namun disini saya mencoba melihatnya dalam sisi yang berbeda. Saya berasumsi bahwa benda tersebut adalah peninggalan masa lampau atau arkeologi sebagaimana ditemukan di daerah-daerah lain di wilayah Indonesia.
Ada empat batu di lokasi ditemukan. Penduduk menamakannya dengan sebutan Batu Kursi, Batu Sholatan, Batu Bedug dan satu lagi batu Jidor (Batu ini tidak terdapat tandanya). Namun kalau kita cermati lokasi yang ada ada satu batu lagi yang memisah agak jauh dari lokasi yaitu di sisi barat lahan tol.
Saya belum tau pasti dasar yang digunakan untuk penduduk menamakan keempat batu tersebut. Yang pasti kalau kita perhatikan bentuk masing-masing batu maka akan agak sedikit nyambung. Batu kursi sepintas diperhatikan berbentuk kursi letter L. Mengahadap sisi barat ke arah gunung Penanggungan. Kalau ini disebut kursi imaman seharusnya menghadap ke timur berlawanan dengan kiblat yang digunakan khatib untuk duduk saat jeda adzan khutbah jumat.
Batu Sholatan
Yang kedua adalah batu terbesar yaitu batu sholatan. batu ini berbentuk persegi namun kurang beraturan. Kalau secara pribadi saya simpulkan batu ini belum selesai dikerjakan karena bentuknya belum begitu presisi. Bagian atas batu datar dan kira-kira dapat dijadikan alas untuk melaksanakan sholat sebagaimana dilakukan orang-orang terdahulu. Batu Bedug bentuknya juga tidak beraturan. Di sekitan batu bedug terdapat tulisan batu ini awalnya dapat dipukul dan mengeluarkan bunyi seperti bedug. Namun karena ada yang berusaha meusaknya maka batu ini tidak lagi mengeluarkan bunyi ketika dipukul. Batu Jidor hampir sama dengan batu bedug. Bentuknya tidak beraturan

image
Batu Bedug
Dari keempat batu tersebut hanya dua batu yang menurut saya mengalami proses pengerjaan yaitu batu kursi dan sholatan saja. Sedangkan kedua batu yang lain kayaknya belum mengalami sentuhan.
Untuk tuah dan lain sebagainya saya tidak akan membahasnya disini karena bukan proporsi saya untuk membahasnya.
Sampai dengan kunjungan saya kemarin belum ada keterangan dari pihak BP3 Trowulan maupun dinas terkait tentang masalah ini. Dan untuk mengobati penasaran sahabat dapat saya tunjukkan beberapa foto yang saya search di google mengingat kamera saya tadi tertinggal di rumah. hehehehe....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI Kelas 9 PB 1 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Gresik-Sunan Giri)

A. Pengantar Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah.  Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara. Adapun nama-nama Wali Songo sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati B. Buka Cakrawalamu Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul

SKI Kelas 8 PB 11 : B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah (Bagian 3)

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)   Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.  5. Abu Abdullah Al Quda’I, Ahli Ilmu Fiqih  Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir). 6. Para ilmuan muslim lainnya seperti : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat anNabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fungsi

Mitos Sabdo Palon dan Noyo Genggong : Ini Jawabannya !

Telah banyak bersliweran kabar, informasi, cerita legenda dan hikayat tentang keberadaan abdi dalem Kraton MAJAPAHIT (WILWATIKTA) yang bernama SABDO PALON dan NAYA GENGGONG. Dari yang bersifat sangat halus hingga yang berisi SUMPAH SERAPAH yang bersangkutan di era runtuhnya MAJAPAHIT. Belum lagi terbitnya saduran buku-buku baik berupa ajaran atau ramalan yang mengatas namakan dua abdi ini, tetapi semuanya tidak dapat menunjukkan rujukan asli dari sumber ceritanya. Mengingat seringnya timbul pertanyaan mengenai hal ini di group dan forum WILWATIKTA (MAJAPAHIT), maka saya berinisiatif untuk menjelaskannya secara tertulis seperti ini agar bila pertanyaan yang sama muncul, rekan-rekan dapat mereferensi jawabannya dari catatan ini. Hal ini didasarkan pada pengalaman pribadi saya, baik ketika menerima ajaran adat maupun ketika saya berkunjung ke beberapa lokasi peninggalan WILWATIKTA / MAJAPAHIT (di Jawa Timur dan Jawa Tengah). Sesungguhnya penokohan abdi dalem y