Berikut ini saya share paper saya waktu mengisi kajian Ramadhan di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kertanegara Malang (STIKMA) Pada ramadhan Tahun kemarin. Adapun Judulnya adalah Puasa di Era Digital. Selamat membaca!
Paper lengkapnya dapat didownload di sini
Menurut Agus Sukaca puasa
adalah golden habit. Sebuah kebiasaan emas yang dimiliki seorang muslim yang
melaksanakannya dalam kehidupan. Puasa termasuk satu ibadah mahdah, artinya sebuah ibadah yang
berhubungan langsung dengan Allah SWT. Sebagai sebuah ibadah puasa bersifat
paripurna merujuk pada aturan (syariat) yang telah ditetapkan Allah SWT dalam
QS Al Baqarah (2) : 183. Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ
مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
Artinya
: Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa
Selain ibadah puasa,
ibadah-ibadah lainnya telah paripurna dan tidak ada lagi revisi baik waktu dan
caranya. Karena paripurna maka ibadah tersebut akan terus menjadi hukum yang
mengikat bagi pemeluknya, meskipun tempat dan zaman telah berubah. Hal telah
disampaikan Allah dalam firmannya dalam QS Al Maidah (5) : 3. Allah berfirman :
ٱلۡيَوۡمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ
كَفَرُواْ مِن دِينِكُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡهُمۡ وَٱخۡشَوۡنِۚ ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ
لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ
دِينٗاۚ
Artinya
: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu
Saat ini kita masuk pada era
milenial baru yang disebut dengan revolusi industry 4.0. Perkembangan teknologi
digital dalam revolusi industry 4.0 semakin
pesat. Pesatnya kemajuan teknologi digital dalam era revolusi industry 4.0 menjadikan
manusia mengalami percepatan dalam segala bidang termasuk di dalamnya arus
informasi dan komunikasi. Jarak sudah tidak menjadi halangan dalam
berkomunikasi. Segala bentuk informasi dapat senantiasa diakses dan diperoleh
seseorang dengan mudah.
Lantas bagamana efek perubahan
dan perkembangan era digital terhadap proses peribadatan seseorang ?
Sesungguhnya perubahan dan
perkembangan teknologi pada dasarnya untuk memudahkan urusan manusia. Meski orientasi
perubahan dan perkembangan teknologi selalu dikembangkan ke arah positif, namun
sisi negative dari perubahan dan perkembangan teknologi selalu menyertai. Hal ini
wajar. Karena bagaimanapun dunia adalah sebuah entitas yang didalamnya terkandung
sisi positif dan negative. Ada hitam ada pula putih.
Kembali kepada
paripurnanya ibadah yang telah disyariatkan Allah SWT, maka meskipun zaman dan
tempat telah berubah namun tidak dibenarkan merubah syariat yang sudah ada. Perubahan
dan perkembangan teknologi yang pesat memang tantangan bagi kita, namun
ibaratnya sebuah pisau. Perubahan dan perkembangan teknologi memiliki dua sisi
yang bermata tajam. Bergantung kita bagaimana mempergunakannya. Jika dimanfaatkan
untuk yang positif maka perubahan dan perkembangan teknologi akan mendatangkan
manfaat bagi kita. Sebaliknya ketika digunakan secara negative, maka akan
mendatangkan kemudharatan bagi kita.
Manfaat dan mudharat
perubahan dan perkembangan teknologi yang kita pakai, sama-sama akan dimintai
pertanggungjawaban. Semuanya akan kita dapati balasannya dari Allah SWT pada
yaumul qiyamah. Jika hal baik yang kita lakukan maka kita akan menyaksikan
balasannya. Jika hal buruk yang kita lakukan, maka hal negative yang akan kita
terima. QS Al Zalzalah (99) : 7-8. Allah berfirman :
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ
ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧ وَمَن يَعۡمَلۡ
مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ ٨
Artinya
: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.
Pada era digital, pemanfaatan
teknologi untuk menunjang aktivitas ibadah telah banyak bermunculan. Berbagai macam
aplikasi dan warta digital telah dibuat sebagai sarana ibadah. Al Qur’an
digital, hadits digital, tafsir digital, kajian digital, perekaman murattal mp3
dengan suara berbagai imam, qiblator, muslimpro dan lain-lain adalah sekian
banyak wujud pemanfaatan teknologi digital untuk menunjang aktivitas ibadah. Semuanya
dapat dengan mudah kita dapatkan dalam app store dengan cara mengunduh secara
gratis dan sebagian berbayar. Alangkah indahnya jika gadget kita dipenuhi dan
kita pakai dengan hal-hal positif tersebut dan bukan sebaliknya.
Puasa Vs Gadget
Judul di atas seolah
menempatkan puasa dan gadget dalam
posisi yang vis a vis. Ada sebuah kontradiktif
yang seolah-olah menegasikan satu di antaranya. Padahal sejatinya gadget bukanlah
barang haram yang mesti dihindari ketika berpuasa. Meskipun demikian kita harus
bijak menempatkan sesuatu pada posisi semestinya. Jika haram maka katakan saja haram,
jika halal maka jangan ragu katakan halal.
Gadget memang telah
menjadi kebutuhan bagi manusia modern. Kehidupan manusia modern terasa tidak
lengkap tanpa adanya gadget. Aktivitas gadget senantiasa dilakukan mulai
manusia manusia bangun tidur sampai dengan manusia tidur kembali. Ketika bangun
tidur saat ini yang dicari gadgetnya. Ketika makan yang dicari gadgetnya. Bahkan
ketika sibuk bekerja pun yang dipegang gadgetnya. Ketergantungan manusia akan
gadget menjadikan manusia kadang kecanduan dan tidak dapat berlepas diri
darinya.
Dalam Islam segala
sesuatu mengenai urusan dunia adalah boleh kecuali ada larangannya. Termasuk gadget
tersebut. Namun jika dilakukan dengan berlebih-lebihan maka hukumnya menjadi
haram. Allah berfirman dalam QS Al A’raf (7) : 31 :
۞يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ
عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٖ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا
يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ ٣١
Artinya : Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan
Kedua, jangan sampai-sampai penggunaan Gadget banyak menyia-nyiakan waktu. Allah
melarang menyia-nyiakan waktu. Jika penggunaan Gadget ternyata banyak
menyia-nyiakan waktu terhadap hal yang tak perlu sebaiknya dihindari. Allah
berfirman dalam QS Bani Israil : 27 :
إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ
كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا ٢٧
Artinya : Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya
Ketiga, Penggunaan Gadget jangan sampai melalaikan ibadah termasuk melalaikan
shalat. Allah berfirman dalam QS AL Ma’un :
فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤
ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥
Artinya : Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya
Oleh sebab itu, menggunakan Gadget sebenarnya
tidak terlarang asalnya secara proporsional. Perggunaan Gadget yang dilarang
adalah ketika gadget tersebut sudah berlebihan, menyia-nyiakan waktu dan melalaikan
kita dalam beribadah termasuk dalam berpuasa.
Agar Puasa Kita bermakna
Ibadah sejatinya ada dua macam. Ada puasa yang
melibatkan nafs (fisik dan jiwa) dan ada
ibadah yang melibatkan mal (harta). Puasa adalah ibadah yang banyak melibatkan nafs. Puasa bukan ibadah fisik an sich. Ada proses pengendalian diri
bagi seseorang yang berpuasa. Karena itu beratnya puasa adalah dalam tataran
pengendalian diri bukan dalam tidak makan dan tidak minumnya.
Hal ini disampaikan Rasulullah SAW :
كَمْ مِنْ صَاءِمٍ لَيْسَ
لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْعِ وَالْعَاطَشِ
Artinya : Banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan sesuatu
dari puasanya, melainkan lapar dan haus (al Hadits)
Hadits diatas menjelaskan bahwa orang-orang
muslim yang berpuasa kebanyakan tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan
haus. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak orang yang berpuasa tetapi gagal
dalam puasanya. Kegagalan dalam berpuasa berdampak pada tiga hal : (1) gagal
mendapatkan pahala dari Allah SWT ketika berada di yaumul qiyamah. Hal ini
dikarenakan ganjaran puasa diberikan Allah langsung pada saat yaumul qiyamah,
(2) gagal memperbaiki diri menjadi manusia yang bertaqwa. Hal ini karena
orientasi puasa adalah menjadikan pribadi-pribadi muslim menjadi manusia yang
bertakwa, dan (3) gagal mendapatkan ampunan Allah SWT.
Jika dipikirkan lebih jauh, mengapa manusia muslim
tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, maka akan timbul pertanyaan, apa sebab
puasa tersebut tidak bernilai ?
Berdasarkan literatur yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad SAW ada beberapa hal yang dilakukan oleh seseorang ketika berpuasa
sehingga puasanya tidak bernilai. Pertama
adalah orang tersebut cenderung mengucapkan perkataan yang dusta. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi SAW berikut :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ
الزُّوْرِ وَ الْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَجَةً فِي اَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ
شَرَبَهُ
Artinya : Siapa yang tidak
meninggalkan perkataan yang buruk dan terus mengamalkannya maka Allah tidak
memerlukan hajatnya meninggalkan makan dan minum (puasa) (HR Bukhori)
Perkataan yang buruk mencakup di dalamnya menggunjing,
memfitnah, perkataan yang kasar, kotor dan dusta. Kata-kata demikian tidak
selayaknya diucapkan oleh orang-orang yang berpuasa. Jika dilanggar, nilai
puasa seseorang menjadi tidak berguna.
Selain itu, seseorang yang berpuasa hendaknya
menghindari al-laghwu dan ar-rafast dalam sebuah hadits Nabi SAW
bersabda :
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ
الْاَكْلِ وَ الشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ والرَّفَزِ
Artinya : Puasa bukanlah menahan
diri dari makan dan minum, tetapi puasa adalah menjauhi al Laghwi dan ar Rafats.
(HR Khuzaimah).
Al-Laghwu adalah perbuatan yang sia-sia. Perbuatan
yang tidak ada faedahnya ketika kita lakukan. Sedangkan ar-Rafats adalah
perkataan yang jorok yang mengarah pada perkataan porno.
Jika dikaitkan dengan era digital dan gadget,
maka hal ini adalah pemandangan yang sering kita dapaati dalam bermedia sosial.
Perkataan-perkataan fitnah, pergunjingan, adu domba, kata-kata kotor, kasar dan
dusta menjadi pemandangan umum yang sering kita saksikan. Mungkin pula secara
sadar atau tidak sadar kita turut larut di dalamnya. Inilah yang mengurangi
nilai puasa.
Ar-Rafats pun demikian, banyak kita saksikan dalam
bermedia sosial. Ada yang menjuruskan chath kepada hal-hal sensitive seputaraan
seks, ada yang suka mengirimkan gambar tak senonoh bahkan banyak yang
mengoleksi gambar-gambar dan video porno. Hal ini mengurangi nilai puasa kita. Selayaknya
hal demikian kita buang jauh-jauh selama kita berpuasa. Jadi hati-hati dengan
Gadget kita.
Selepas puasa ?
Jika masih ingin terus berupaya menjadi manusia bertakwa,
maka selayaknya akhlak karimah yang dicontohkan Nabi kita pakai. Jika tidak,
maka layaklah kita disebut orang yang berpuasa namun tidak mendapat apa-apa
kecuali lapar dan dahaga.Paper lengkapnya dapat didownload di sini
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah meninggalkan komentar pada blog ini.