Langsung ke konten utama

AGAR PUASA KITA BERMAKNA

Sebentar lagi puasa. sudah siapkah kita? Jika belum mari persiapkan diri masing-masing. Karena siap atau tidak siap puasa pasti akan kita lalui. Agar bermakna maka mari simak bahan kultum singkat ini !


AGAR PUASA KITA BERMAKNA

Puasa adalah sebuah kewajiban yang diperintahkan Allah kepada manusia muslim, berakal, baligh dan mukim. Kewajiban puasa termaktub dalam QS Al Baqarah : 183, Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa

Secara teknis puasa terbagi menjadi dua, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah. Puasa wajib adalah puasa Ramadhan, puasa kafarot dan Nadzar. Sedangkan puasa sunnah adalah puasa-puasa yang dikerjakan sebagai ibadah tambahan bagi kaum muslim seperti puasa syawal, puasa arafah, puasa senin-kamis, puasa yaumul bid, puasa asy-syura’ dan lain-lain.
Puasa Ramadhan secara teknis hanya dilaksanakan satu bulan dalam setahun yakni pada Bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang artinya bulan yang sangat panas, bulan yang membakar dengan sangat. Maknanya adalah Bulan yang fungsinya untuk membakar dosa-dosa manusia. Dalam Sirah Nabawi Karyah Syeh Mubaroqfury, Ramadhan senantiasa berada pada musim yang sangat panas. Jika Ramadhan tiba pada musim dingin maka ada penambahan bulan agar Ramadhan tetap ada pada musim yang panas.
Kewajiban puasa Ramadhan ini dijelaskan pada Surat Al Baqarah : 185, Allah berfirman :
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ١٨٥
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Problem yang berkembang dalam masyarakat Islam adalah pada penetapan awal dan akhir Ramadhan. Namun demikian, saat ini ummat sudah semakin dewasa dalam mensikapi perbedaan tersebut.

Puasa Adalah Ibadah yang berat
Ibadah ada tiga macam. Ada puasa yang melibatkan fisik, mal dan ada pula yang melibatkan keduanya. Puasa adalah ibadah yang banyak melibatkan fisik seseorang. Meskipun demikian, bukan berart ibadah ini fisik an sich. Ada proses pengendalian diri bagi seseorang yang berpuasa. Karena itu beratnya puasa adalah dalam tataran pengendalian diri bukan dalam tidak makan dan tidak minumnya.
Hal ini disampaikan Rasulullah SAW :
كَمْ مِنْ صَاءِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ  إِلَّا الْجُوْعِ وَالْعَاطَشِ
Artinya : Banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya, melainkan lapar dan haus (al Hadits)
Hadits diatas menjelaskan bahwa orang-orang muslim yang berpuasa kebanyakan tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak orang yang berpuasa tetapi gagal dalam puasanya. Kegagalan dalam berpuasa berdampak pada tiga hal : (1) gagal mendapatkan pahala dari Allah SWT ketika berada di yaumul qiyamah. Hal ini dikarenakan ganjaran puasa diberikan Allah langsung pada saat yaumul qiyamah, (2) gagal memperbaiki diri menjadi manusia yang bertaqwa. Hal ini karena orientasi puasa adalah menjadikan pribadi-pribadi muslim menjadi manusia yang bertakwa, dan (3) gagal mendapatkan ampunan Allah SWT.
Jika dipikirkan lebih jauh, mengapa manusia muslim tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, maka akan timbul pertanyaan, apa sebab puasa tersebut tidak bernilai ?
Berdasarkan literatur yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW ada beberapa hal yang dilakukan oleh seseorang ketika berpuasa sehingga puasanya tidak bernilai. Pertama adalah orang tersebut cenderung mengucapkan perkataan yang dusta. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW berikut :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَ الْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَجَةً فِي اَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ شَرَبَهُ

Artinya : Siapa yang tidak meninggalkan perkataan yang buruk dan terus mengamalkannya maka Allah tidak memerlukan hajatnya meninggalkan makan dan minum (puasa) (HR Bukhori)

Dalam hadits lain disebut :
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْاَكْلِ وَ الشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ والرَّفَزِ
Artinya : Puasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi puasa adalah menjauhi al Laghwi dan ar Rafats. (HR Khuzaimah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...