Senin, 16 Maret 2020

Khutbah Idul Fitri 1441 H / 2020 M

Ramadhan insyaallah sebentar lagi datang. Disusul kemudian Idul Fitri. Momentum tersebut adalah hal paling bahagia bagi seorang muslim. Oleh karena itu agenda akan disusun jauh sebelum perayaan tersebut. Mulai tempat sholat ied, berkunjung ke sanak keluarga sampai berlibur ke tempat wisata. Yang rumahnya jauh, mereka akan mudik lebaran ke rumah tempat asal mereka. Bagi khotib sholat ied akan menyusun naskah khutbah sehingga khutbah yang dibacakan akan lebih bermakna.
Berikut ini salah satu contoh naskah khutbah yang pernah saya susun ketika menjadi khotib tahun 2019 di Desa Putat Tanggulangin Sidoarjo. Mudah-mudahan dapat bermanfaat.


KHUTBAH IDUL FITRI 1440 H
“MERAWAT KETAQWAAN SESUDAH RAMADHAN
Oleh : RIYONO, S. Pd.I, M.Pd


وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَفْضَلُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ r وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ َوكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
 اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Jamaah Rahimakumullah,
Ayah-ayah, Ibu-Ibu, Saudara-saudari yang dimuliakan Allah.
Tiada kalimat yang patut untuk dipanjatkan setiap muslim kecuali kalimat syukur Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Pagi ini, kita semua telah merampungkan segenap aktivitas ibadah kita di Bulan Suci Ramadhan sebagaimana perintah Allah dalam firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣

Artinya : 183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
Hadirin yang dimuliakan Allah, tentu hal ini tidak terlepas dari nikmat-nikmat Allah yang Maha Agung, Nikmat yang tak terkira jumlah dan bilangan-Nya. Sehingga Allah berfirman kepada kita semua :

وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ كَفَّارٞ ٣٤

Artinya : Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS Ibrahim : 34)
 اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Kini, gema takbir, tahlil, tahmid dan tasbih telah berkumandang semenjak sore kemarin. Menandakan hari yang fitri telah datang. Ada perasaan gembira karena kita sudah melalui fase tarbiyah dan ujian yang diberikan oleh Allah kepada kita. Muncul pula rasa haru dan sedih karena Ramadhan telah meninggalkan kita semua. Ada rangkaian kecamuk dan takut dalam hati kita. Berharap agar amal ibadah kita diterima Allah SWT. Mulai puasa kita, tarawih kita, sodaqoh kita, tilawah kita dan zakat kita serta amalan lainnya.

Selengkapnya dapat didownload disini



Sabtu, 14 Maret 2020

RPP 1 Lembar Aqidah Akhlak MTs Kelas 9 Semester 2

RPP satu lembar yang diSEkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dianggap angin segar guru yang semula sudah dipenuhi dengan beban kkerja yang seabrek. Dengan adanya RPP 1 lembar ini diharapkan beban guru bidang administrasi berkurang dari yang semula berlembar lembar dan menghabiskan berrim-rim kertas hanya menjadi satu lembar saja.
Apa benar demikian ?
Ndak juga. Beban administrasi guru bukan hanya RPP saja. Ada analisis pekan efektif, Program tahunan, program semester, silabus, kisi-kisi, penilaian, analisis dan lain-lain. Jadi kalau RPP dikurangi mengjadi 1 lembar tidak berpenaruh signifikan kepada beban kerja guru. Hemat saya, kalau meringankan jangan nanggung. Semua sekalian dipangkas. Hehehehehe...
Berikut ini saya posting contoh RPP 1 lembar mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas 9 MTs. Mudah-mudahan manfaat.
Linknya daat didownload disinidi sini

Kamis, 12 Maret 2020

Keutamaan Orang yang Berpuasa dan Siksaan Bagi yang Meninggalkannya

Berikut Makalah sebagai bahan kultum Ramadhan yang akan datang. Silakan diambil dan dijadikan bahan. Terima kasih.


Puasa adalah sebuah kewajiban yang diperintahkan Allah kepada manusia muslim, berakal, baligh dan mukim. Kewajiban puasa termaktub dalam QS Al Baqarah : 183, Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa

Ayat di atas adalah ayat yang menjelaskan tentang wajibnya puasa. Penegasan tentang puasa wajib dapat dilihat dalam QS Al Baqarah : 185.

Keutamaan orang-orang yang berpuasa
1.    Diampuni dosanya
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi SAW :
مَنْ صَامَ رَمَصَانَ إِمَانَا وَإِحْتِسَابًاغُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ دَنْبِهِ)متفق عليه

Artinya : Barang siapa berpuasa dengan iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Mutafaq alaihi)

2.    Puasa sebagai perisai bagi seorang mukmin dari api neraka
الصِيَامُ جُنَّةٌ أَحَدُكُمْ مِنَ النَّارِ كَجُنَّةٍ مِنَ القِتَالِ
Artinya : Puasa adalah perisai dari api neraka, sebagaimana perisai dalam perang (HR Ahmad, An Nasai dan Ibnu Majah)
       Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa orang yang berpuasa akan dijauhkan dari siksa neraka sejauh 70 tahun perjalanan. Nabi bersabda :
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْمًا فِي سَبِيْلِ اللَّهِ بَاعَدَ اللَّهُ بِذٰلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْقًا
Artinya : Tidak seorang hamba pun berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali Allah akan  menjauhkannya dari api neraka sejauh perjalanan 70 tahun (HR Bukhori Muslim)

3.    Sebagai sebab masuk surga
 إِنَّ فِيْ الجَنَّةِ غُرَفًا. يُرَي ظُهُوْرُهَا مِنْ بُطُوْنِهَا. وَ بُطُوْنُهَا مِنْ ظُهُوْرُهَا.قَالُوْا : لِمَنْ يَا رَسُوْلُ ِللَّهِ
لِمَنْ طيَّبَ الْكَلَمَ. وَ أَطْعَامَ الطَامِ. وَ أَدَمَ الصِّيَامِ. وَ صَلِّي بِالَّيْلِ وَ النَّاسُ نِياَمِ
Artinya : Sungguh di dalam surge terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalamnya, dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Sahabat bertanya : untuk siapakah ruangan-ruangan tersebut ? Beliau menjawab : Untuk siapa saja yang berkata yang baik, memberi makan, selalu berpuasa, dan shalat malam ketika orang lain sedang tidur (HR Ahmad, Al Baihaqi dan Ibnu Hibban)
                                                                                 
Surga bagi orang yang berpuasa memiliki pintu khusus yang disebut Ar Rayyan.
إِنَّ فِيْ الجَنَّةِ بَا بًا يُقَالَ لَهُ  الرَّيَّانُ. يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّاءِمُوْنَ يَوْمَ الْقِيَمَتِةِ.لَا يَدْخُلُ مِنْهُ مَعَهُمْ أَحَدٌ غِيْرُهُمْ. يُقَالُ أَيْنَ الصَّاءِمُوْنَ فَيَدْخُلُوْنَ مِنْهُ. فَإِذَا دَخَلُوْا أَخِرُهُمْ أُغْلِقَ. فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
Artinya : Sesungguhnya di dalam surge itu ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Tidak boleh masuk bersama mereka seorangpun selain mereka. Kelak aka nada pengumuman : di manakah orang yang berpuasa ? mereka lalu akan masuk melalui pintu tersebut secara berduyun-duyun. Setelah orang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tersebut tertutup. Tidak ada lagi orang lain yang memasukinya (HR Bukhori Muslim)

4.    Sebagai sebab masuk surga

عَنْ أَبْي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِى رَجُلاَنِ فَأَخَذَا بِضَبْعَىَّ فَأَتَيَا بِى جَبَلاً وَعْرًا فَقَالاَ لِىَ : اصْعَدْ فَقُلْتُ : إِنِّى لاَ أُطِيقُهُ فَقَالاَ : إِنَّا سَنُسَهِّلُهُ لَكَ فَصَعِدْتُ حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِى سَوَاءِ الْجَبَلِ إِذَا أَنَا بَأَصْوَاتٍ شَدِيدَةٍ فَقُلْتُ : مَا هَذِهِ الأَصْوَاتُ قَالُوا : هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ النَّارِ ، ثُمَّ انْطُلِقَ بِى فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ مُشَقَّقَةٌ أَشْدَاقُهُمْ تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا قَالَ قُلْتُ : مَنْ هَؤُلاَءِ قَالَ : هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ
Artinya :Dari Abu Umâ mah al-Bâhili, dia berkata: Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika aku sedang tidur, tiba-tiba ada dua laki-laki yang mendatangiku, keduanya memegangi kedua lenganku, kemudian membawaku ke sebuah gunung terjal. Keduanya berkata kepadaku, “Naiklah!” Aku menjawab, “Aku tidak mampu”. Keduanya berkata, “Kami akan memudahkannya untukmu”. Maka aku naik. Ketika aku berada di tengah gunung itu, tiba-tiba aku mendengar suara-suara yang keras, maka aku bertanya, “Suara apa itu?” Mereka menjawab, “Itu teriakan penduduk neraka”. Kemudian aku dibawa, tiba-tiba aku melihat sekelompok orang tergantung (terbalik) dengan urat-urat kaki mereka (di sebelah atas), ujung-ujung mulut mereka sobek mengalirkan darah. Aku bertanya, “Mereka itu siapa?” Mereka menjawab, “Meraka adalah orang-orang yang berbuka puasa sebelum waktunya”. [HR. Nasâ’i dalam as-Sunan al-Kubra, no. 3273; Ibnu Hibbân; Ibnu Khuzaimah; al-Baihaqi, 4/216; al-Hâkim, no. 1568; ath-Thabarani dalam Mu’jamul Kabîr. Dishahihkan oleh al-Hâkim, adz-Dzahabi, al-Haitsami. Lihat: al-Jâmi’ li Ahkâmis Shiyâm, 1/60]





Rabu, 11 Maret 2020

PUASA DI ERA DIGITAL. PUASA Vs GADGET

Berikut ini saya share paper saya waktu mengisi kajian Ramadhan di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kertanegara Malang (STIKMA) Pada ramadhan Tahun kemarin. Adapun Judulnya adalah Puasa di Era Digital. Selamat membaca!
Menurut Agus Sukaca puasa adalah golden habit. Sebuah kebiasaan emas yang dimiliki seorang muslim yang melaksanakannya dalam kehidupan. Puasa termasuk satu ibadah mahdah, artinya sebuah ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah SWT. Sebagai sebuah ibadah puasa bersifat paripurna merujuk pada aturan (syariat) yang telah ditetapkan Allah SWT dalam QS Al Baqarah (2) : 183. Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
Selain ibadah puasa, ibadah-ibadah lainnya telah paripurna dan tidak ada lagi revisi baik waktu dan caranya. Karena paripurna maka ibadah tersebut akan terus menjadi hukum yang mengikat bagi pemeluknya, meskipun tempat dan zaman telah berubah. Hal telah disampaikan Allah dalam firmannya dalam QS Al Maidah (5) : 3. Allah berfirman :
ٱلۡيَوۡمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡهُمۡ وَٱخۡشَوۡنِۚ ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ
Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu
Saat ini kita masuk pada era milenial baru yang disebut dengan revolusi industry 4.0. Perkembangan teknologi digital dalam revolusi  industry 4.0 semakin pesat. Pesatnya kemajuan teknologi digital dalam era revolusi industry 4.0 menjadikan manusia mengalami percepatan dalam segala bidang termasuk di dalamnya arus informasi dan komunikasi. Jarak sudah tidak menjadi halangan dalam berkomunikasi. Segala bentuk informasi dapat senantiasa diakses dan diperoleh seseorang dengan mudah.
Lantas bagamana efek perubahan dan perkembangan era digital terhadap proses peribadatan seseorang ?
Sesungguhnya perubahan dan perkembangan teknologi pada dasarnya untuk memudahkan urusan manusia. Meski orientasi perubahan dan perkembangan teknologi selalu dikembangkan ke arah positif, namun sisi negative dari perubahan dan perkembangan teknologi selalu menyertai. Hal ini wajar. Karena bagaimanapun dunia adalah sebuah entitas yang didalamnya terkandung sisi positif dan negative. Ada hitam ada pula putih.
Kembali kepada paripurnanya ibadah yang telah disyariatkan Allah SWT, maka meskipun zaman dan tempat telah berubah namun tidak dibenarkan merubah syariat yang sudah ada. Perubahan dan perkembangan teknologi yang pesat memang tantangan bagi kita, namun ibaratnya sebuah pisau. Perubahan dan perkembangan teknologi memiliki dua sisi yang bermata tajam. Bergantung kita bagaimana mempergunakannya. Jika dimanfaatkan untuk yang positif maka perubahan dan perkembangan teknologi akan mendatangkan manfaat bagi kita. Sebaliknya ketika digunakan secara negative, maka akan mendatangkan kemudharatan bagi kita.
Manfaat dan mudharat perubahan dan perkembangan teknologi yang kita pakai, sama-sama akan dimintai pertanggungjawaban. Semuanya akan kita dapati balasannya dari Allah SWT pada yaumul qiyamah. Jika hal baik yang kita lakukan maka kita akan menyaksikan balasannya. Jika hal buruk yang kita lakukan, maka hal negative yang akan kita terima. QS Al Zalzalah (99) : 7-8. Allah berfirman :
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧  وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ ٨
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Pada era digital, pemanfaatan teknologi untuk menunjang aktivitas ibadah telah banyak bermunculan. Berbagai macam aplikasi dan warta digital telah dibuat sebagai sarana ibadah. Al Qur’an digital, hadits digital, tafsir digital, kajian digital, perekaman murattal mp3 dengan suara berbagai imam, qiblator, muslimpro dan lain-lain adalah sekian banyak wujud pemanfaatan teknologi digital untuk menunjang aktivitas ibadah. Semuanya dapat dengan mudah kita dapatkan dalam app store dengan cara mengunduh secara gratis dan sebagian berbayar. Alangkah indahnya jika gadget kita dipenuhi dan kita pakai dengan hal-hal positif tersebut dan bukan sebaliknya.

Puasa Vs Gadget
Judul di atas seolah menempatkan puasa  dan gadget dalam posisi yang vis a vis. Ada sebuah kontradiktif yang seolah-olah menegasikan satu di antaranya. Padahal sejatinya gadget bukanlah barang haram yang mesti dihindari ketika berpuasa. Meskipun demikian kita harus bijak menempatkan sesuatu pada posisi semestinya. Jika haram maka katakan saja haram, jika halal maka jangan ragu katakan halal.
Gadget memang telah menjadi kebutuhan bagi manusia modern. Kehidupan manusia modern terasa tidak lengkap tanpa adanya gadget. Aktivitas gadget senantiasa dilakukan mulai manusia manusia bangun tidur sampai dengan manusia tidur kembali. Ketika bangun tidur saat ini yang dicari gadgetnya. Ketika makan yang dicari gadgetnya. Bahkan ketika sibuk bekerja pun yang dipegang gadgetnya. Ketergantungan manusia akan gadget menjadikan manusia kadang kecanduan dan tidak dapat berlepas diri darinya.
Dalam Islam segala sesuatu mengenai urusan dunia adalah boleh kecuali ada larangannya. Termasuk gadget tersebut. Namun jika dilakukan dengan berlebih-lebihan maka hukumnya menjadi haram. Allah berfirman dalam QS Al A’raf (7) : 31 :
۞يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٖ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ ٣١
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan

Kedua, jangan sampai-sampai penggunaan Gadget banyak menyia-nyiakan waktu. Allah melarang menyia-nyiakan waktu. Jika penggunaan Gadget ternyata banyak menyia-nyiakan waktu terhadap hal yang tak perlu sebaiknya dihindari. Allah berfirman dalam QS Bani Israil : 27 :
إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا ٢٧
Artinya : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya
Ketiga, Penggunaan Gadget jangan sampai melalaikan ibadah termasuk melalaikan shalat. Allah berfirman dalam QS AL Ma’un :
فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥
Artinya : Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya
Oleh sebab itu, menggunakan Gadget sebenarnya tidak terlarang asalnya secara proporsional. Perggunaan Gadget yang dilarang adalah ketika gadget tersebut sudah berlebihan, menyia-nyiakan waktu dan melalaikan kita dalam beribadah termasuk dalam berpuasa.

Agar Puasa Kita bermakna
Ibadah sejatinya ada dua macam. Ada puasa yang melibatkan nafs (fisik dan jiwa) dan ada ibadah yang melibatkan mal (harta). Puasa adalah ibadah yang banyak melibatkan nafs. Puasa bukan ibadah fisik an sich. Ada proses pengendalian diri bagi seseorang yang berpuasa. Karena itu beratnya puasa adalah dalam tataran pengendalian diri bukan dalam tidak makan dan tidak minumnya.
Hal ini disampaikan Rasulullah SAW :
كَمْ مِنْ صَاءِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ  إِلَّا الْجُوْعِ وَالْعَاطَشِ
Artinya : Banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya, melainkan lapar dan haus (al Hadits)
Hadits diatas menjelaskan bahwa orang-orang muslim yang berpuasa kebanyakan tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak orang yang berpuasa tetapi gagal dalam puasanya. Kegagalan dalam berpuasa berdampak pada tiga hal : (1) gagal mendapatkan pahala dari Allah SWT ketika berada di yaumul qiyamah. Hal ini dikarenakan ganjaran puasa diberikan Allah langsung pada saat yaumul qiyamah, (2) gagal memperbaiki diri menjadi manusia yang bertaqwa. Hal ini karena orientasi puasa adalah menjadikan pribadi-pribadi muslim menjadi manusia yang bertakwa, dan (3) gagal mendapatkan ampunan Allah SWT.
Jika dipikirkan lebih jauh, mengapa manusia muslim tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, maka akan timbul pertanyaan, apa sebab puasa tersebut tidak bernilai ?
Berdasarkan literatur yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW ada beberapa hal yang dilakukan oleh seseorang ketika berpuasa sehingga puasanya tidak bernilai. Pertama adalah orang tersebut cenderung mengucapkan perkataan yang dusta. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW berikut :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَ الْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَجَةً فِي اَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ شَرَبَهُ
Artinya : Siapa yang tidak meninggalkan perkataan yang buruk dan terus mengamalkannya maka Allah tidak memerlukan hajatnya meninggalkan makan dan minum (puasa) (HR Bukhori)
Perkataan yang buruk mencakup di dalamnya menggunjing, memfitnah, perkataan yang kasar, kotor dan dusta. Kata-kata demikian tidak selayaknya diucapkan oleh orang-orang yang berpuasa. Jika dilanggar, nilai puasa seseorang menjadi tidak berguna.
Selain itu, seseorang yang berpuasa hendaknya menghindari al-laghwu dan ar-rafast dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda :
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْاَكْلِ وَ الشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ والرَّفَزِ
Artinya : Puasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi puasa adalah menjauhi al Laghwi dan ar Rafats. (HR Khuzaimah).
Al-Laghwu adalah perbuatan yang sia-sia. Perbuatan yang tidak ada faedahnya ketika kita lakukan. Sedangkan ar-Rafats adalah perkataan yang jorok yang mengarah pada perkataan porno.
Jika dikaitkan dengan era digital dan gadget, maka hal ini adalah pemandangan yang sering kita dapaati dalam bermedia sosial. Perkataan-perkataan fitnah, pergunjingan, adu domba, kata-kata kotor, kasar dan dusta menjadi pemandangan umum yang sering kita saksikan. Mungkin pula secara sadar atau tidak sadar kita turut larut di dalamnya. Inilah yang mengurangi nilai puasa.
Ar-Rafats pun demikian, banyak kita saksikan dalam bermedia sosial. Ada yang menjuruskan chath kepada hal-hal sensitive seputaraan seks, ada yang suka mengirimkan gambar tak senonoh bahkan banyak yang mengoleksi gambar-gambar dan video porno. Hal ini mengurangi nilai puasa kita. Selayaknya hal demikian kita buang jauh-jauh selama kita berpuasa. Jadi hati-hati dengan Gadget kita.

Selepas puasa ?
Jika masih ingin terus berupaya menjadi manusia bertakwa, maka selayaknya akhlak karimah yang dicontohkan Nabi kita pakai. Jika tidak, maka layaklah kita disebut orang yang berpuasa namun tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga.

Paper lengkapnya dapat didownload di sini

Selasa, 10 Maret 2020

AGAR PUASA KITA BERMAKNA

Sebentar lagi puasa. sudah siapkah kita? Jika belum mari persiapkan diri masing-masing. Karena siap atau tidak siap puasa pasti akan kita lalui. Agar bermakna maka mari simak bahan kultum singkat ini !


AGAR PUASA KITA BERMAKNA

Puasa adalah sebuah kewajiban yang diperintahkan Allah kepada manusia muslim, berakal, baligh dan mukim. Kewajiban puasa termaktub dalam QS Al Baqarah : 183, Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa

Secara teknis puasa terbagi menjadi dua, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah. Puasa wajib adalah puasa Ramadhan, puasa kafarot dan Nadzar. Sedangkan puasa sunnah adalah puasa-puasa yang dikerjakan sebagai ibadah tambahan bagi kaum muslim seperti puasa syawal, puasa arafah, puasa senin-kamis, puasa yaumul bid, puasa asy-syura’ dan lain-lain.
Puasa Ramadhan secara teknis hanya dilaksanakan satu bulan dalam setahun yakni pada Bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang artinya bulan yang sangat panas, bulan yang membakar dengan sangat. Maknanya adalah Bulan yang fungsinya untuk membakar dosa-dosa manusia. Dalam Sirah Nabawi Karyah Syeh Mubaroqfury, Ramadhan senantiasa berada pada musim yang sangat panas. Jika Ramadhan tiba pada musim dingin maka ada penambahan bulan agar Ramadhan tetap ada pada musim yang panas.
Kewajiban puasa Ramadhan ini dijelaskan pada Surat Al Baqarah : 185, Allah berfirman :
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ١٨٥
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Problem yang berkembang dalam masyarakat Islam adalah pada penetapan awal dan akhir Ramadhan. Namun demikian, saat ini ummat sudah semakin dewasa dalam mensikapi perbedaan tersebut.

Puasa Adalah Ibadah yang berat
Ibadah ada tiga macam. Ada puasa yang melibatkan fisik, mal dan ada pula yang melibatkan keduanya. Puasa adalah ibadah yang banyak melibatkan fisik seseorang. Meskipun demikian, bukan berart ibadah ini fisik an sich. Ada proses pengendalian diri bagi seseorang yang berpuasa. Karena itu beratnya puasa adalah dalam tataran pengendalian diri bukan dalam tidak makan dan tidak minumnya.
Hal ini disampaikan Rasulullah SAW :
كَمْ مِنْ صَاءِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ  إِلَّا الْجُوْعِ وَالْعَاطَشِ
Artinya : Banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya, melainkan lapar dan haus (al Hadits)
Hadits diatas menjelaskan bahwa orang-orang muslim yang berpuasa kebanyakan tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak orang yang berpuasa tetapi gagal dalam puasanya. Kegagalan dalam berpuasa berdampak pada tiga hal : (1) gagal mendapatkan pahala dari Allah SWT ketika berada di yaumul qiyamah. Hal ini dikarenakan ganjaran puasa diberikan Allah langsung pada saat yaumul qiyamah, (2) gagal memperbaiki diri menjadi manusia yang bertaqwa. Hal ini karena orientasi puasa adalah menjadikan pribadi-pribadi muslim menjadi manusia yang bertakwa, dan (3) gagal mendapatkan ampunan Allah SWT.
Jika dipikirkan lebih jauh, mengapa manusia muslim tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, maka akan timbul pertanyaan, apa sebab puasa tersebut tidak bernilai ?
Berdasarkan literatur yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW ada beberapa hal yang dilakukan oleh seseorang ketika berpuasa sehingga puasanya tidak bernilai. Pertama adalah orang tersebut cenderung mengucapkan perkataan yang dusta. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW berikut :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَ الْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَجَةً فِي اَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ شَرَبَهُ

Artinya : Siapa yang tidak meninggalkan perkataan yang buruk dan terus mengamalkannya maka Allah tidak memerlukan hajatnya meninggalkan makan dan minum (puasa) (HR Bukhori)

Dalam hadits lain disebut :
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْاَكْلِ وَ الشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ والرَّفَزِ
Artinya : Puasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi puasa adalah menjauhi al Laghwi dan ar Rafats. (HR Khuzaimah)