Langsung ke konten utama

Jika Saja Gunung Kelud Meletus Selasa, 12 Pebruari 2014

Jika Saja Gunung Kelud Meletus Selasa, 12 Pebruari 2014 tentu akan lain ceritanya. Cerita menyangkut kehidupan saya, cerita tentang pengalaman saya, terutama tentang bencana yang menimpa yang bisa-bisa merenggut nyawa. Pada hari Selasa tersebut perjalanan saya ke Blitar lewat Malang dan Pulang lewat Kediri memberi pelajaran yang sangat berharga. Betapa rahasia Allah itu hanya sedikit saja yang kita ketahui. Betapa kuasa Allah sangat tidak terbatas dan tak mampu kita jangkau.
Pada perjalanan pulang dari Blitar yang lewat Kediri, rombongan pengirin pengantin kami tinggal dua kendaraan. Satu Bis dan Satu Elf. Rute yang diambil oleh sang sopir Bis di depan sengaja mengambil jalur dalam dilewatkan jalur alternatif. daerah Ponggok dan sisi utara Blitar sampai sisi Timur Kediri macam Plosoklaten, Puncu dan Pare kemudian Kandangan.
Saat itu saya menggerutu, kenapa dilewatkan jalur ini. Sudah jalurnya sempit, Bisanya juga berkali-kali mogok. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu 3-4 jam molor hingga di atas 4 jam. Sampai di rumah sudah habis isya'. Tenaga terforsir di jalanan. di rumah tinggal capeknya saja. 
Namun, ketika saya mendengar kabar hari jumat kemarin ketika Gunung Kelud meletus semalam, saya disamping bersedih juga merasa bersyukur. Alhamdulillah, Gunung Kelud Kau letuskan sekarang yang Allah. Tidak dapat saya bayangkan jika Selasa itu engkau letuskan. Akan bagaimana nasib kami ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...