Langsung ke konten utama

Ketika Gunung Kelud Mengeluarkan Isinya

kawan, kemarin saya sudah kisahkan bahwa dua hari yang lalu saya mengantarkan mantenan ke daerah Blitar. saya juga berkisah tentang prosesinya yang memang agak sedikit berbeda dengan tradisi masyarakat saya. saya kisahkan juga saya sempat mampir ke makam orang besar negeri ini, Bung Karno.
Pagi ini kawan, saya dikagetkan suara ibu-ibu yang datang ke pedagang sayur dan ikan sebelah rumah. Mereka sambat rumahnya kotor berdebu. Saya belum tahu sebabnya. Tahu-tahu ternyata rumah saya juga demikian. Efek letusan itu sampai juga di tempatku.
Saya teringat Quran Surat Al Qoriah yang mengabarkan tentang kiamat. apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat) (1) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya (2) dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?" (3) pada hari itu bumi menceritakan beritanya, (4) karena Sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. (5)
Memang ini bukan kiamat besar, ini hanya kiamat kecil. Namun kedahsyatannya dapat kita rasakan sedemikian rupa. Apalagi nanti kiamat besar, subhanallah.

Ngoro Mojokerto Kena debu Gn Kelud

Atap rumah di Ngoro Mojokerto Kena debu Gn Kelud

Pohon kesayangan saya, Matoa pun tertutup debu

Kalau ini bak kontrol

jalan raya di Ngoro Mojokerto Kena debu Gn Kelud

jalan raya di Ngoro Mojokerto Kena debu Gn Kelud
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...