Kenangan IMM Sidoarjo : Dakwah Terpadu dan Durian Palsu

Dakwah terpadu adalah agenda rutin IMM Sidoarjo sebagai wujud nyata tri kompetensi dasar kader yaitu relegiusitas dan humanitas. Kegiatan dakwah terpadu selalu dibarengkan dengan pelaksanaan Idul Adha. Dalam kegiatan itu, di samping dilaksanakan sholat Ied berjamaah juga dilangsungkan penyembelihan hewan kurban. Tempat pelaksanaan dakwah terpadu dicarikan lokasi dimana Muhammadiyah di sana masih minus dan diharapkan turut mendongkrak dakwah Muhammadiyah dan penerimaan masyarakat terhadap dakwah Muhammadiyah. Dalam bahasa saya yang kasar “masio ora arep Muhammadiyah, aku yakin mesti arep daging teko Muhammadiyah” (Meskipun tidak mau sama Muhammadiyah, saya yakin masih mau kalau dikasih daging dari Muhammadiyah)
Dalam dakwah terpadu yang dilangsungkan juga penyembelihan hewan kurban sudah barang tentu IMM membawa sendiri hewan kurban tersebut baik berupa sapi mapun kambing. Sudah barang tentu semua hewan kurban itu adalah hasil pembelian kader. Sebagian besar adalah sumbangan dari para bapak Muhammadiyah dan amal usaha.Selain itu juga berasal dari masyarakat yang turut bersimpati terhadap kegiatan ini. Dalam melaksanakan kegiatan ini kami bahu membahu mencarinya. Dengan susah payah akhirnya kami dapat juga hewan tersebut. Paling sering kami mengambilnya sendiri ke rumah-rumah, mushollah,masjid atau ke amal usaha Muhammadiyah. Meski demikian kamisemua merasa puas karena turut terjun dalam lapangan dakwah Muhammadiyah walaupun mungkin nilainya kecil.
Dalam kegiatan berburuh hewan kurban tersebut kami sering mengambilnya sampai larut malam takbiran. Kendaraan yang kami pakai seadanya. Saat itu motor termasuk kendaraan yang mahal apalagi mobil Tidak banyak kader yang punya motor. Saya sendiri tidak punya. Mobil juga demikian sudah menjadi kendaraan yang super mahal bagi kami yang notebene mahasiswa berkantong tipis. Namun demikian ada juga beberapa kader yang dengan ikhlas menyumbangkan kendaraannya baik mobil atau motor untuk kegiatan ini termasuk mengangkut kader dan juga hewan kurban, Salah satunya Adi Susanto. Seorang kader dari Buduran.
Perjalanan kami saat itu ke Waru dekat termainal Bungurasih. Kala itu kami mendapat bantuan dari ibu-ibu majelis taklim di sebuah perumahan atas link dari kader inayatullah Fuad Badri. Kami mendapatkan 2 ekor kambing Kibas. Karena lokasi dakwah terpadu dengan lokasi sumbangan jauh kami menggunakan mobil. Ketepatan saat itu mobil bak terbuka Adi dibawa. Lokasi dakwah terpadu saat itu di daerah Tarik rumah Pimpinan Cabang Tarik Bapak Suroso di dusun Balogkangkung (kalau tidak salah). Kami naik mobil bertiga. Semuanya di depan. Pengambilan hewan kurban cukup lancar. Sekembali ke Tarik perjalanan merayap di daerah Krian. Maklum hujan baru saja redah dan jalanan cukup padat karena berbarengan dengan malam takbiran. Tradisi kala itu orang-orang banyak yang pawai dengan kendaraan termasuk motor. Akibatnya jalanan cukup macet,
Di tengah kemacetan itu kami tetap menikmati pemandangan malam kanan dan kiri hingga kami mengawasi orang-orang yang sedang dengan nikmatnya makan durian di trotoar jalan. Perasaan kepingin pastilah muncul di hati kami masing-masing dan tentu terutama saya. Saat itu bisa ditebak kami kantongnya cekak tapi tidak dengan Adi yang lumayan tebal karena sudah bekerja. Mobil menepi dan kami diajak pilih-pilih durian. Ahai...ternyata ada si bos yang ngajak nraktir.
Kami beli 3  buah dan kami makan di tempat lain sambil cari area yang agak lapang untuk parkir mobil. Makan durian tengah malam yang dingin ternyata sangat nikmat dan tanpa terasa sudah dua buah yang habis kami makan. Tinggal satu buah yang belum kami makan. Ketika kami bela durian itu saya jadi teringat teman-teman di lokasi. Jadi gak enak hati jika harus dimakan sendiri. Saat itupula muncul ide jahil kami. Durian yang sudah kami makan langsung kami bungkus kembali dengan tali. Tak lupa isinya kami masukkan agar tetap berat dan seolah-olah masih utuh. Sedangkan yang satunya tadi yang belum termakan kami urung makan dan kami ikat dengan tali. Kami punya rencana untuk mengerjai temen-temen dengan durian palsu tadi tetapi tetap kami sisakan kejutan durian satu yang belum termakan. Semua setuju. OK lanjut pulang ke lokasi dakwah terpadu.
Sampai juga kami di desa Balongkangkung yang agak masuk ke pedalaman ini. Kendaraan masuk ke daerah tak beraspal dan langsung ke rumah empuhnya sekaligus ada masjid di halamannya. Teman-teman kader yang sedari duduk dan ngobrol-ngobrol langsung bangkit membantu menurunkan kambing di bak belakang. Ketika seorang di antara mereka naik, langsung terperanjat karena di bak ada dua buah durian terikat. Langsung saja disambarnya durian tersebut. “Alhamdulillah, rejeki” katanya
Melihat ada teman yang berteriak yang lainnya langsung menyerbu karena mengerti ada rejeki nomplok. Langsung saja dibuka ikatan tadi dan siap-siap menyantapnya beramai-ramai. Alangkah kagetnya teman-teman karena durian tadi tidak berisi durian seperti biasanya. Yang ada hanyalah isinya. Langsung saja sumpah serapah di arahkan kepada kami.Kami hanya tertawa terbahak-bahak. Semuanya juga tertawa malu. Bersamaan dengan itu kami mengeluarkan durian dari jok depan. Tak ayal durian yang hanya tinggal sebiji itu langsung diserbu beramai-ramai. Maklum, jarang-jarang kami makan enak.

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar pada blog ini.