Kenangan IMM Sidoarjo : Dakwah Terpadu, Kambing pun Ngompol di Pangkuanku

Dakwah terpadu masih saja menyisakan pengalaman dan sekaligus kenangan bagi kami semua kader ikatan. Kegiatan yang dihelat setiap bertepatan dengan idul adha ini memang dijadikan sarana untuk melatih diri dalam berdakwah. Walaupun kami belum bisa berdakwah bil lisan, namun dengan dakwah terpadu kami dapat melakukan dakwah bil hal. Dakwah bil hal ternyata sama sulitnya dengan dakwah bil lisan. Sebagaimana dakwah terpadu sebelumnya. Kami semua tetap harus bahu membahu mencari donatur yang sedia untuk menyumbangkan hewan kurbannya kepada IMM. Sering kali kami bertamu person by person untuk melobi. Mengirim proposal ke instansi dan juga amal usaha. Jatah rutin kami juga dapatkan dari Departemen Agama Sidoarjo meski hanya berupa seekor kambing. Tetapi bagi kami itu merupakan pemberian yang luar biasa.
Pernah kami mengajukan ke Yayasan Nurul Azhar Porong pimpinan Ust. H. Abd. Rachim Noer. Kami dijanjikan mendapat dua ekor kambing dari yayasan tersebut oleh beliau. H-1 kami meluncur ke Porong. Kala itu Porong belum seperti  saat ini dan Ustadz Abd. Rachim masih hidup. Sesampainya ke Porong kami ditemui oleh Pak Machmud salah seorang pengurus yayasan dan juga PC Muhammadiyah Porong. Kami diajak langsung ke TKP mengambil kambing di kandangnya. Kami mengambilnya di Dusun Reno Kenongo yang saat ini sudah terendam lumpur dan hilang dari peta wilayah Porong. Sesampainya di kandang kami langsung ditunjukkan kambing yang harus kami bawah. Ada dua ekor kambing yang ditunjuk dan langsung kami tuntun keluar. Kami kaget, loh kok kambing seekornya betina. Saya diam saja. Sudah diberi saja alhamdulillah. Sudah tidak usah banyak komentar. Hehehe....
Perjalanan kami lanjutkan. Kali ini kami mengendarai dua motor berboncengan. Kambing-kambing itu kami ikat dan kami pangku untuk memudahkan membawanya. Saya kebetulan bawah yang jantang. Teman yang lain bawah yang betina. Saya lupa siapa saja mereka. Yang saya ingat saya sama Wendik. Perjalanan lancar-lancara saja. Memang dalam kilometer tertentu kami harus berhenti dan break untuk istirahat. Di samping itu kami harus membetulkan posisi kambing yang sering berontak. Mungkin si kambing juga ingin duduk dengan posisi yang enak.
Sesampainya di Krembung kok terasa hangat di paha saya. Wah......semakin lama semakin hangat dan banjir. Saya tidak tenang. Saya minta wendik berhenti, untuk memastikan keadaan. Dan ternyata si Kambing ngompol di pangkuanku. Walah walah ngompol kok gak bilang-bilang.
DASAR WEDUS.......

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar pada blog ini.