Langsung ke konten utama

Ternyata Duduk Saja Juga Capek

Seharian duduk juga bikin capek. Bahkan boleh dikata capeknya barangkali mengalahkan capeknya kerja kuli bangunan atau kuli angkut pelabuhan. Luar biasa capeknya. Jika pun nanti pulang kerja dipijit sama sama cak Denggung pun tidak akan hilang capeknya. Dibelikan jamu diramuan Madura saja juga akan terasa capek. Hehehe...ini kata saya yang kerjanya banyak duduk. Kata mereka yang kesehariannya bekerja keras berpeluh-peluh beda lagi. Enak ya kerja sampean mas. Cuma duduk-duduk seharian. Tidak kena terik matahari. Kulit tidak terpanggang. Baju rapi. Bau tetap harum walau seharian kerja. dan yang pasti bayaran utuh tiap bulan walaupun ada sekian hari yang absen.
Beda dengan saya yang kerja seharian. Membanting tulang memeras keringat. Kulit gosong bau apek karena terpanggang sepanjang hari hanya untuk mencari sesuap nasi. Jika tidak ada yang nyuru maka juga tidak kerja,. Jika tidak kerja maka mau makan apa anak-anak saya ?
Hemmmm.....ternyata bener. Kita cenderung mengeluh tanpa pernah melihat yang levelnya masih di bawah kita. Syukur...alhamdulillah. Hari ini saya masih bernafas di saat sebagian ngos-ngosan karena kejar setoran. Alhamdulillah, walaupun kantor saya tidak berAC namun cukup teduh untuk berlindung di saat saudara-saudara saya kepanasan dan juga kehujanan. Alhamdulillah, tadi pagi istri bisa masak walaupun hanya ikan pindang dan tempe saja plus sambel kacang panjang. Jika saya cermati masih banyak kayaknya yang tadi pagi tidak sempat atau tidak ada sarapan. 
Alhamdulillah ya Allah, saya masih bisa ngeblog......tetangga saya sebelah saja tidak tau apa itu blog.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...