Kamis, 16 April 2020

Kisah Heroik Salahuddin Al Ayyubi

Assalamualaikum anak-anak sekalian. Hari ini pembelajaran daring akan membahas tentang kisah keteladanan Salahuddin Al Ayyubi. Sebagai bahan pembelajaran, mari kita simak video berikut ini. Siapkan kuota agak banyak ya ! Hehehehe

Setelah menyimak dengan seksama tentang keteladana Salahuddin Al Ayyubi. Sekarang, mari berikan komentarmu tentang keteladanan Salahuddin Al Ayyubi pada lembar google formulir berikut ini!
Jangan lupa tekan Submit/Kirim setelah selesai agar respon kamu terdata.
Sukses!!!

Kamis, 09 April 2020

Pembelajaran Daring Fikih Kelas 7 : Sholat dalam Berbagai Keadaan

1. Tata cara shalat orang yang tidak mampu berdiri
Orang yang tidak mampu berdiri, maka shalatnya sambil duduk. Dengan ketentuan sebagai berikut:
  • Yang paling utama adalah dengan cara duduk bersila. Namun jika tidak memungkinkan, maka dengan cara duduk apapun yang mudah untuk dilakukan.
  • Duduk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak mengapa.
  • Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
  • Cara rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua telapak tangan di lutut.
  • Cara sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan. Jika tidak memungkinkan maka, dengan membungkukkan badannya lebih banyak dari ketika rukuk.
  • Cara tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan tasyahud seperti biasa.
2. Tata cara shalat orang yang tidak mampu duduk
Orang yang tidak mampu berdiri dan tidak mampu duduk, maka shalatnya sambil berbaring. Shalat sambil berbaring ada dua macam:
a. ‘ala janbin (berbaring menyamping)
Ini yang lebih utama jika memungkinkan. Tata caranya:
  • Berbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika memungkinkan. Jika tidak bisa menyamping ke kanan maka menyamping ke kiri namun tetap ke arah kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak mengapa.
  • Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
  • Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
  • Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
  • Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.
b. mustalqiyan (telentang)
Jika tidak mampu berbaring ‘ala janbin, maka mustalqiyan. Tata caranya:
  • Berbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang utama, kepala diangkat sedikit dengan ganjalan seperti bantal atau semisalnya sehingga wajah menghadap kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak mengapa.
  • Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan diangkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
  • Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
  • Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
  • Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.
3. Tata cara shalat orang yang tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya (lumpuh total)
Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya namun bisa menggerakkan mata, maka shalatnya dengan gerakan mata. Karena ini masih termasuk makna al-imaa`. Ia kedipkan matanya sedikit ketika takbir dan rukuk, dan ia kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.
Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya sama sekali namun masih sadar, maka shalatnya dengan hatinya. Yaitu ia membayangkan dalam hatinya gerakan-gerakan shalat yang ia kerjakan disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.
Demikian, semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan ‘afiyah dan salamah kepada pembaca sekalian, dan semoga Allah senantiasa menolong kita untuk tetap dapat beribadah dalam kondisi sakit. Wallahu waliyyu dzalika wal qadiru ‘alaihi.


Sumber : https://muslim.or.id/


Setelah Selesai Membaca mari sekarang kerjakan tugas di bawah ini!
Klik Tugas di link ini : TUGAS FIKIH 7
Jangan lupa tekan KIRIM atau SUBMIT jika sudah selesai!


Pembelajaran Dari SKI Kelas 8 : Al Azhar

Baca dan simak baik-baik dua bacaan berikut ini! Bacaan pertama tentang Masjid Al Azhar dan yang kedua tentang Universitas Al Azhar Kairo Mesir.
Masjid Al-Azhar (bahasa Arabجامع الأزهر‎ jami' al-'Azhar, masjid yang gemilang) adalah sebuah masjid yang dibangun oleh Panglima Jauhar Assiqilli di Kairo antara tahun 359-361 Hijriyah atau 970-972 Masehi atas perintah khalifah Muiz Lidinillah, dari Daulat Fatimiah. Masjid ini adalah masjid Islam yang paling terkenal sekaligus masjid kampus terbesar.
Masjid ini dinamakan Al-Azhar sebagai isyarat kepada Zahra, julukan Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah S.A.W..
Pada masa Daulat Mamalik, untuk pertama kali masjid ini berfungsi sebagai universitas dan pada tahun 1961 berubah menjadi universitas modern yang memiliki beberapa fakultas. Al-Azhar dianggap sebagai poros pemikiran Islam, politik dan ilmu-ilmu agama di Mesir dan dunia Islam. Mesjid ini memiliki lima menara dengan bermacam-macam tipe dan tiga mimbar. Di dalamnya terdapat perpustakaan yang sangat besar.
Universitas Al-Azhar (diucapkan "Az-har", bahasa Arabجامعة الأزهر الشريف‎; Al-ʾAzhar al-Šyarīf, Al-Azhar Mulia), adalah salah satu pusat utama pendidikan sastra Arab dan pengkajian Islam Sunni di dunia[1] dan merupakan universitas pemberi gelar tertua kedua di dunia.[2] Universitas ini berhubungan dengan masjid Al-Azhar di wilayah Kairo Kuno.
Mulanya universitas ini dibangun oleh Bani Fatimiyah yang menganut mazhab Syi'ah Ismailiyah, dan sebutan Al-Azhar mengambil dari nama Sayyidah Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad. Masjid ini dibangun sekitar tahun 970~972. Pelajaran dimulai di Al-Azhar pada Ramadan Oktober 975, ketika ketua Mahkamah Agung Abul Hasan Ali bin Al-Nu'man mulai mengajar dari buku "Al-Ikhtisar" mengenai topik yurisprudensi Syi'ahMadrasah, tempat pendidikan agama, yang terhubung dengan masjid ini dibangun pada tahun 988. Belakangan, tempat ini menjadi sekolah bagi kaum Sunni menjelang abad pertengahan, dan terus terpelihara hingga saat ini.
Saat ini, misi universitas antara lain adalah penyebaran agama dan budaya Islam. Untuk tujuan ini, para sarjana Islam (ulama) mengeluarkan maklumat (fatwa) untuk menjawab berbagai permasalahan yang ditanyakan kepada mereka dari seluruh dunia Islam Sunni, mengenai perilaku individu atau masyarakat muslim yang tepat (contohnya baru-baru ini adalah fatwa mengenai klarifikasi dan dan pelarangan terhadap pemotongan alat kelamin perempuan). Al-Azhar juga melatih pendakwah yang ditunjuk oleh pemerintah Mesir.
Perpustakaan Al-Azhar dianggap nomor dua terpenting di Mesir setelah Perpustakaan dan Arsip Nasional Mesir. Al-Azhar yang bermitra dengan ITEP, suatu perusahaan teknologi informasi Dubai, pada bulan Mei 2005 meluncurkan Proyek YM Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum untuk Melestarikan dan Mempublikasikan Naskah Al-Azhar Secara Online ("Proyek Al-Azhar Online"); dengan membawa misi untuk memberikan akses online kepada masyarakat atas seluruh koleksi manuskrip langka (terdiri dari sekitar tujuh juta halaman) yang dimiliki perpustakaan Al-Azhar.[3][4]
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Al-Azhar

Setelah membaca teks di atas, mari kerjakan lembar kerja daring berikut ini. Jangan lupa untuk tekan KIRIM/SUBMIT jika sudah selesai mengerjakan!

Kamis, 02 April 2020

Pembelajaran Daring Aqidah Akhlak Kelas 9 : Corona antara Takdir dan Ikhtiar

Pembahasan Bab ke 5 Aqidah Akhlak kelas 9 Semester 2 adalah mengimani qada dan qadar Allah SWT. Saat ini Pak Riyono mengajak anak-anak membahas yang lagi marak yaitu penyebaran Covid 2019 dalam perspektif qada dan Qadar. Perhatikan tulisan berikut ini


Corona antara Takdir dan Ikhtiar

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Idza sami‘tum bi al-tha‘uni bi ardlin fala tadkhuluha wa idza waqa‘a bi ardlin wa antum biha fala takhruju minha.”

“Jika kamu mendengar bahwa telah terjadi wabah penyakit di suatu daerah, maka kamu jangan memasuki daerah tersebut. Sebaliknya jika kamu berada di daerah yang sedang terjangkit penyakit, maka janganlah kamu keluar dari daerah itu.”

Hadits ini disampaikan Abdurrahman bi ‘Auf untuk mengingatkan Amirul Mukminin ‘Umar bin Khattab. Pada saat itu, ‘Umar dan rombongan bersiap untuk melakukan perjalanan dinas ke Syam.

Abdurrahman bin ‘Auf yang ikut dalam rombongan mendengar kabar bahwa di Syam sedang mewabah penyakit menular yang sangat berbahaya. Kabar itupun disampaikan pada ‘Umar seraya membacakan hadits tersebut.

Dengan dasar hadits tersebut, ‘Umar dan rombongan membatalkan perjalanan dinas yang telah lama direncanakan. Sebagian rombongan menanyakan alasan ‘Umar membatalkan kunjungan seraya bertanya, “Apakah Anda takut dengan takdir Tuhan?”

Pertanyaan itu dijawab ‘Umar seraya berkata, “Saya ingin menghindari takdir Tuhan yang satu menuju takdir Tuhan yang lain.”

Jawaban ‘Umar mengisyaratkan bahwa membatalkan bepergian ke suatu daerah untuk kebaikan karena sedang menjalankan tugas negara disebabkan daerah tersebut sedang dalam bahaya bukanlah sifat yang buruk.
Apalagi dikatakan takut dengan takdir Tuhan. Justru menjauhi bahaya (mafsadat) jauh lebih penting dan sesuai dengan hakIkat beragama itu sendiri. Salah satu fungsi beragama adalah menjaga jiwa dari bahaya yang mengancam (hifdzu al-nafs).

Mencari Takdir Baik Corona

Riwayat hadits di atas sejatinya juga dapat dijadikan rujukan untuk menjaga diri dari bahaya penyebaran Virus Corona (Covid-19) yang sedang melanda negeri dan dunia.

Penyebaran virus Corona di seantero negeri juga terus meningkat. Korban meninggal dan sakit terus berjatuhan. Virus Corona tidak hanya menyerang kalangan awam alias masyarakat kelas menengah ke bawah.

Kelompok kelas menengah ke atas juga banyak yang menjadi korban. Bahkan sejumlah dokter dan petugas medis yang sangat familiar dengan virus, bakteri, dan ragam penyakit juga menjadi korban.
Para pekerja medis ini menjadi korban karena tertular dari pasien yang sebelumnya telah terinveksi virus Corona. Salah satu penyebabnya karena alat pelindung diri (APD) pekerja medis saat menangani pasien Corona belum benar-benar sesuai dengan standar WHO (World Health Organization).

Melalui sejumlah media, kita menyaksikan para petugas medis terpaksa memakai jas hujan sebagai APD saat menangani pasien Corona.

Mengingat penyebaran Covid-19 terus meningkat dan merata di senatero negeri, maka tidak ada pilihan lain, sebagai warga kita mesti mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan pihak berwenang.
Karena pemerintah pusat dan daerah telah menetapkan kebijakan social distancing (pembatasan sosial), misalnya, maka warga masyarakat harus mengikuti. Pembatasan sosial adalah serangkaian tindakan pengendalian infeksi nonfarmasi yang bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular.
Bahkan jika suatu saat pemerintah pusat menetapkan kebijakan lockdown (penutupan akses dari dalam atau luar) daerah tertentu, maka warga masyarakat juga harus mematuhi.

Pada intinya, dalam suasana penyebaran Virus Corona yang tidak terkendali ini, kita mesti sami’na wa atha’na dengan ketetapan pihak yang berwenang, yakni pemerintah.

Tetapi penting dipesankan agar pemerintah transparan dengan data penyebaran Covid-19. Pemerintah tidak boleh menutup-nutupi data Covid-19 dengan alasan apapun.

Taat Social Distancing

Masyarakat harus benar-benar mematuhi peraturan social distancing dengan mengurangi kegiatan di luar rumah. Kebijakan ini tentu tidak mudah, terutama bagi para pekerja harian. Sebab, hanya dengan bekerja itulah asap dapurnya terus mengepul.
Untuk kelompok masyarakat ini pemerintah harus mencarikan jalan keluar supaya mereka terjaga dari bahaya Corona dan tetap bertahan hidup secara layak.

Larangan berkegiatan di luar rumah juga berlaku untuk umat beragama. Sementara waktu, umat beragama harus menahan diri untuk tidak beribadah di masjid, gereja, dan rumah ibadah lainnya.

Pengajian agama atau acara seremonial lain yang potensial melibatkan pengumpulan massa harus dihentikan. Pada konteks inilah imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah, NU, dan ormas keagamaan lain harus dipatuhi.

Dengan meminjam kaidah: menghindari bahaya harus lebih diutamakan daripada mewujudkan kebaikan (dar’ul mafasid muqaddam ‘ala jalbil mashalih)”, untuk sementara kita harus bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah.
Dalam situasi yang sangat sulit dipastikan siapa yang sedang terkena Virus Corona dan siapa yang bebas dari Virus Corona inilah sikap kehati-hatian penting dikedepankan.

Semua Sakit kecuali Terbukti Sehat

Dengan meminjam istilah Dr M Saad Ibrahim, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, bahwa dalam situasi yang tidak menentu ini berlaku kaidah: “Semua orang pada dasarnya sakit, kecuali yang telah terbukti sehat.”

Pola pikir ini penting juga untuk menjaga diri supaya terhindar dari tertular Virus Corona. Menjaga diri agar terhindar dari wabah Corona merupakan ikhtiar yang rasional untuk memperoleh takdir terbaik dari Allah SWT.

Dalam situasi wabah penyakit yang demikian pandemik, jangan ada pikiran fatalistik. Mereka yang fatalistik ini selalu menyatakan bahwa hidup, mati, sehat, dan sakit merupakan takdir Tuhan.

Pernyataan tersebut sepintas benar, meski sejatinya mengandung banyak kesalahan. Hal itu karena yang dinamakan takdir sesungguhnya adalah ketetapan Tuhan sesuai dengan hukum-hukum-Nya (sunnatullah).

Hukum Allah menentukan bahwa seseorang akan sakit jika tidak membiasakan diri hidup dengan sehat. Sebaliknya, kondisi sehat yang dialami seseorang tidak berarti tanpa ikhtiar. Mereka yang sehat pastilah orang yang menjaga dirinya dari bahaya terserang penyakit.

Penting juga dipahami, bahwa yang sering kita namakan sebagai takdir biasanya terkait dengan persoalan sudah benar-benar terjadi. Padahal semua tahu bahwa takdir seseorang masih misterius. Hanya Alah yang Maha Tahu, apa takdir kita.
Karena itulah senyampang masih ada kesempatan untuk memilih takdir: terkena Virus Corona karena perilaku sembrono kita atau terbebas dari wabah Corona karena kemampuan menjaga diri kita.

Maka sebagai pilihan rasional tentu kita akan memilih takdir yang terbaik. Harus diingat, bahwa di ujung pilihan (ikhtiar) kita itulah ada takdir Allah SWT.

Jadi, tidak lagi dipertentangkan, Corona antara takdir dan ikhtiar.
Sumber :  pwmu.co
Setelah membaca teks di atas, mari kita isi kuis berikut ini!

Pembelajaran Daring Fikih Kelas 7 : Sholat dalam Berbagai Keadaan

Assalamualaikum Anak-anak sekalian Saya Pak Riyono Guru Fikih kalian akan mengajak belajar tentang sholat dalam berbagai keadaan. Mari simak pembahasan beriut ini :
Shalat di Atas Kendaraan, Bagaimana Caranya? - Inspira DataSYARIAT shalat pada dasarnya dilakukan dalam posisi berdiri, karena itulah Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam menunaikan shalat fardhu maupun shalat sunnah sebagai ketaatannya kepada firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Dan berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 238).
Sedangkan dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk berdiri maka bisa dilakukan dalam keadaan duduk. Bahkan jika memang tidak memungkinkan untuk duduk maka dapat dilakukan dengan berbaring. Karena aktivitas manusia dilakukan hanya dengan tiga kondisi: berdiri, duduk atau berbaring. Demikianlah yang diisyaratkan oleh Allah di dalam firman-Nya:
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.” (QS. Ali-Imran: 191).
Rasulullah saat dalam perjalanan melaksanakan shalat sunnah di atas kendaraan dan dilaksanakan dalam keadaan duduk. Begitulah yang disabdakan beliau bagi yang tidak memungkinkan mendirikan shalat dengan berdiri, sebagaimana dalam hadits:
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak sanggup maka shalatlah dengan duduk dan jika tidak sanggup, maka shalatlah dengan berbaring (berbaring dengan miring).” (HR. Al-Bukhari).
Bahkan di dalam keadaan benar-benar mendesak, maka Rasulullah memerintahkan melaksanakan shalat sambil berjalan kaki atau berkendaraan, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah nama Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 239).
Diriwayatkan bahwa saat beliau dalam keadaan sakit menjelang wafatnya, maka beliau mendirikan shalat sambil duduk dan itulah shalat beliau yang terakhir.
Sumber : hidayatullah
Setelah membaca bahasan di atas. Sekarang mari kita belajar dengan mengerjakan bahasan tersebut lewat link ini atau langsung dalam formulir berikut ini :
Jangan Lupa jika suda isi jawaban tekan KIRIM/SUBMIT!

Rabu, 01 April 2020

Pembelajaran Daring SKI Kelas 8 MTsN 2 Pasuruan Tema : Keteladanan Salahuddin Al Ayyubi

Assalamualaikum
Dear anak-anak sekalian yang berbahagia.
Letih juga kan belajar di rumah?
Sama, saya juga demikian. Tetapi karena situassi dan kondisi yang belum memungkinkan maka terpaksa kita belajar dengan cara demikian. Yang penting tata hati, tata niat agar senantiasa lurus belajar. Jangan belokkan niat kita ke arah lain. Semoga belajar kita menjadi amalan shaleh yang akan mendatangkan pahala bagi kita. Amien....

Kalian tentu masih masih ingat sosok pemberani Salahuddin Al Ayyubi kan ?
Pendiri Daulah Ayyubiyah yang gagah berani dan perwira. Sosok yang memiliki semangat juang tinggi dalam membela agama Allah. Namun demikian memiliki toleransi beragama yang bagus.

Saat ini Saya mengajak kalian belajar tentang keteladanan sosok tersebut. Kira-kira di tengah krisis Corona Virus 2019 ini, keteladanan apa dari Salahuddin Al Ayyubi yang dapat kita lakukan?
Uraikan pandangan anak-anak melalui link ini atau lewat kolom google formulir berikut ini :
Jangan lupa jika sudah mengisi jawaban tekan KIRIM/SUBMIT. Makasih