Langsung ke konten utama

Pembelajaran Daring Fikih Kelas 7 : Sholat dalam Berbagai Keadaan

Assalamualaikum Anak-anak sekalian Saya Pak Riyono Guru Fikih kalian akan mengajak belajar tentang sholat dalam berbagai keadaan. Mari simak pembahasan beriut ini :
Shalat di Atas Kendaraan, Bagaimana Caranya? - Inspira DataSYARIAT shalat pada dasarnya dilakukan dalam posisi berdiri, karena itulah Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam menunaikan shalat fardhu maupun shalat sunnah sebagai ketaatannya kepada firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Dan berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 238).
Sedangkan dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk berdiri maka bisa dilakukan dalam keadaan duduk. Bahkan jika memang tidak memungkinkan untuk duduk maka dapat dilakukan dengan berbaring. Karena aktivitas manusia dilakukan hanya dengan tiga kondisi: berdiri, duduk atau berbaring. Demikianlah yang diisyaratkan oleh Allah di dalam firman-Nya:
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.” (QS. Ali-Imran: 191).
Rasulullah saat dalam perjalanan melaksanakan shalat sunnah di atas kendaraan dan dilaksanakan dalam keadaan duduk. Begitulah yang disabdakan beliau bagi yang tidak memungkinkan mendirikan shalat dengan berdiri, sebagaimana dalam hadits:
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak sanggup maka shalatlah dengan duduk dan jika tidak sanggup, maka shalatlah dengan berbaring (berbaring dengan miring).” (HR. Al-Bukhari).
Bahkan di dalam keadaan benar-benar mendesak, maka Rasulullah memerintahkan melaksanakan shalat sambil berjalan kaki atau berkendaraan, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah nama Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 239).
Diriwayatkan bahwa saat beliau dalam keadaan sakit menjelang wafatnya, maka beliau mendirikan shalat sambil duduk dan itulah shalat beliau yang terakhir.
Sumber : hidayatullah
Setelah membaca bahasan di atas. Sekarang mari kita belajar dengan mengerjakan bahasan tersebut lewat link ini atau langsung dalam formulir berikut ini :
Jangan Lupa jika suda isi jawaban tekan KIRIM/SUBMIT!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI Kelas 9 PB 1 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Gresik-Sunan Giri)

A. Pengantar Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah.  Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara. Adapun nama-nama Wali Songo sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati B. Buka Cakrawalamu Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai wal...

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

SKI Kelas 8 PB 11 : B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah (Bagian 3)

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)   Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.  5. Abu Abdullah Al Quda’I, Ahli Ilmu Fiqih  Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir). 6. Para ilmuan muslim lainnya seperti : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat anNabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar...