Langsung ke konten utama

Senyummu Nggilani : (Pasang Banner di Lereng Gunung)

Selasa kemarin saya berkesempatan untuk melakukan perjalanan ke Blitar. Bukan untuk refresing atau tamasya, namun dalam rangka mengantar keponakan yang telah menikah dengan lelaki dari Blitar. Perjalanan yang diagendakan pukul enam pagi harus molor sampai dengan pukul tujuh. Biasa, kaum hawa masih sibuk dengan dirinya sendiri. Urusan make up dan dandan belum selesai. Setelah sejam menunggu baru rombongan terkumpul. Perjalanan pun dimulai.
Ada yang menarik memang dengan tradisi Jawa. Pemberangkatan rombongan dilakukan lewat jalur timur. Berarti kami harus melalui rute Pasuruan-Malang baru sampai Blitar. Tetapi ketika pulang diharuskan lewat Jalur Barat, Blitar-Kediri-Jombang baru sampai Mojokerto.
Saya tidak hendak membahas tentang masalah pengantin baru, cukuplah bahasan itu menjadi ladang para Kyainya yang mengisi walimah selamah sejam penuh di siang bolong. Sementara Jamaah enak terkantuk-kantuk.
Ada yang menarik sepanjang perjalanan. Foto-foto Muda mudi, Tua - Tuwir bertebaran di jalanan. Ada yang nampak serius memang. Ada yang senyumnya dipaksakan. Ada yang dari kalangan artis, pembalab, politikus bahkan siapapun yang tidak saya kenal sama sekali berlomba manis-manisan dalam mengumbar senyum. Ya, kalau dibilang hak ya hak mereka. Tapi mata ini juga punya hak untuk tidak melihat penampakan mereka. Apalagi saat ini belum masuk musim kampanya terbuka. Seharusnya KPU sudah menertibkannya. Dicopot untuk selanjutnya ditimbun di kantornya. Atau kalau perlu dijual eceran di pasar. Lumayan lah.
Tetapi jangan harap KPU mampu dan mau mencopot banner caleg yang ada di gunung pegat Ponggok Blitar. Saya jamin, KPU enggan. Bukan karena apa. Banner tersebut dipasang di lereng gunung. Ukurannya pun jumboh. sehingga ketika kita melintas, kita akan melihatnya dengan jelas. Saya sedikit tersenyum melihatnya. Kreativitasnya patut juga untuk diacungi jempol bahkan ditiru oleh Caleg lain. Namun, bagi saya pribadi saya lebih nikmat rasanya jika gunung kecil di tengah persawahan itu dibiarkan alami tanpa adanya foto para Caleg yang terhormat. Nuansanya akan lebih fres dan menyegarkan. Tapi biarlah.
Kekhawatiran saya adalah ketika foto ini dilihat oleh salah satu member Yayasan Turangga Seta lewat Grup Facebook GregetNuswantara yang ada mala bukan dianggap sebagai foto caleg. Jangan-jangan foto ini dianggap sebagai penampakan leluhur yang hendak menagih janji.
Bravo Indonesia !!!

Catatan :
Sayang saya tidak mengabadikan momen tersebut. Mengingat saya tdk membawa foto digital. Saya hanya mengabadikan dengan foto HP yang kualitasnya kurang mendukung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...