Langsung ke konten utama

Sinkretisme Agama

Dulu, sewaktu saya kuliah, di saat saya mendapat tugas menyusun skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan S-1 saya sempat bingung. Banyak judul telah saya ajukan kepada Kajur, semua dikembalikan ke saya. Banyak alasan kenapa judul itu dikembalikan. Salah satunya adalah judul itu terlampau mudah bagi saya. Kedua, judul itu juga sebelumnya sudah pernah dibahas oleh mahasiswa lain. Yang tidak mengenakkan bagi saya, judul itu kemudian diberikan kepada rekan saya untuk dijadikan judul penelitian dia.
Jujur saja, ketika saya kuliah, orientasi saya secepatnya lulus S-1. Bukan karena saya tidak senang menuntut ilmu. Hal ini dikarenakan saya enggan untuk menambah biaya pendidikan yang tidak sedikit. Maklum, pekerjaan saya saat itu adalah seorang guru swasta dengan gaji seadanya. Sekolah saya juga sekolah kecil di daerah pinggiran sehingga tidak mampu memberikan gaji tinggi. Di samping itu saya juga harus hidup mandiri di tempat yang jauh dari orang tua, mulai makan sampai juga dengan keperluan sandang. Untuk urusan papan, saya relatif aman. Meskipun harus tidur di TK ABA Porong dan ada kalanya tidur di Masjid An Nur Kampus UMSIDA saya rasa kesemuanya sudah lebih dari cukup.
Kembali kepada masalah tugas akhir tersebut. Akhirnya saya pulang dengan tangan hampa. Berhari-hari saya berfikir seirus kiranya judul apa yang jarang atau bahkan belum pernah dipakai orang lain dan cocok bagi saya. Lebih-lebih mudah dikerjakan. Berhari-hari  termenung. Bermalam-malam susah tidur. Biasanya jika sudah demikian saya keluar menuju warung untuk makan. Nasi goreng adalah makanan favorit saya. Satu piring sebenarnya masih kurang untuk mengganjal perut. Mau bagaimana lagi, dana pas-pasan. Selesai makan, saya biasanya mandi. Gak peduli malam hari dan dingin. Setelah itu fress dan dapat tidur dengan tenang.
DI saat itulah saya dapat inspirasi judul yang lumayan buat saya. (bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...