Langsung ke konten utama

Mengkritisi GregetNuswantara dan Ajarannya (bagian 3)

Tulisan saya sebelumnya Mengkritisi GregetNuswantara dan Ajarannya (bagian 2) dikatakan bahwa kita adalah keturunan Dewa yang turun dari kahyangan kemudian berwujud manusia. Yang dalam pandangan saya sebagai muslim sungguh jauh dengan pemahaman Islam. Ketika saya buru pertanyaan sesungguhnya siapa dewa sesungguhnya. Mereka menjawab, hampir sama lah dengan Malaikat kalau di Islam. Haaa.....?

Surga dan Neraka
"Jangan mendoakan leluhur
ketika kita sowan kepada mereka, karena mereka sekarang di surga jadi gak perlu didoakan. " Kata Batara Wisnu salah seorang pentolan GN. Hebat bener leluhur kita dan lebih hebat lagi BW yang tahu dan dapat memastikan bahwa leluhur kita sudah masuk surga.
Padahal kalau dicermati bahwa sesungguhnya tidak ada garansi bagi masusia yang hidup ini untuk dapat masuk surga tanpa hisab kecuali orang-orang tertentu saja termasuk di dalamnya adalah para Rasul dan orang yang mati syahiddi jalan Allah.
Pernyataan mereka yang melarang mendoakan leluhur adalah pernyataan yang sangat sombong. Manusia yang mati sudah mati pasti mengharap doa dari yang hidup lebih-lebih dari anak keturunannya yang sholeh. Dalam Islam doa anak yang soleh ini merupakan amalan yang tidak dapat terputus meskipun yang bersangkutan sudah meninggal dunia.
Jika didoakan masuk sorga leluhur akan tersinggung. Patut ditanyakan ini leluhur apa leluhur. Jangan-jangan ini demit yang mengaku-aku sebagai leluhur bangsa ini. Padahal kalau kita pelajari dalam Islam, Sesungguhnya bahwa jika seseorang sudah meninggal maka putuslah amal perbuatannya. Termasuk di dalamnya adalah berkomunikasi dengan manusia yang hidup saat ini.

Moksa
Leluhur memilih moksa, jadi jangan diharapkan ditemukan dimana makamnya karena mereka moksa. Moksa adalah menghilang bersama jasad wadaknya dan berpindah ke dimensi lain.
Dalam Islam tidak ada manusia yang moksa. Setiap manusia pasti akan mati. Setiap makhluk pun demikian sudah ditentukan ajalnya oleh Allah SWT. Ada hukum kadar akan sebuah makhluk. Jika sudah saatnya maka manusia akan mati juga. Dan satu yang penting, Manusia tidak dapat menentukan kapan dan dimana dia akan mati.
Jadi tidak seenak hatinya jika kepingin mati maka dia akan mati sebagaimana leluhur GN ini.

Karena itu kawan-kawan muslim. hati hati dengan pandangan mereka



Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...