Langsung ke konten utama

SKI Kelas 8 PB 7 : Kemajuan Peradaban di Masa Dinasti Abbasiyah (Bagian 2)

d. Ekonomi (Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian)

Peningkatan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi masa Daulah Abbasiyah sebenarnya telah dimulai saat Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur berkuasa. Ia merupakan tokoh utama dari peletak dasar ekonomi Daulah Abbasiyah, sikap tegas, adil dan bijaksana membawa Daulah Abbasiyah maju dalam berbagai bidang.

Kemajuan sektor ekonomi Daulah Abbasiyah pada masa ini disebabkan oleh usaha-usaha para khalifah yang mendorong kemajuan dalam sektor perdagangan.

* Sektor Perdagangan

Perekonomian masyarakat pada masa Daulah Abbasiyah meningkat saat khalifah Al- Mahdi (775-785 M) memerintah. Hubungan luar negeri Daulah Abbasiyah dengan kerajaan-kerajaan lain telah membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menambah kas negara.

Kota Basrah menjadi pelabuhan penting, sebagai tempat transit antara Timur dan Barat, banyak mendatangkan kekayaan bagi Abbasiyah. Selain itu, ada juga pelabuhan Damaskus dan dermaga Kuffah. Seiring itu, terjadi peningkatan pada sektor tambang, pertanian dan industri.

* Sektor Perindustrian

Khalifah Daulah Abbasiyah memiliki perhatian yang sangat serius dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Untuk itu, mereka aktif mendorong kemajuan sektor perindustrian. Para khalifah menganjurkan masyarakatnya untuk berlomba-lomba dalam industri dan pengolahan.

Banyak kota dibangun untuk pusat perindustrian. kota Basrah menjadi pusat industri gelas dan sabun, kota Kuffah merupakan pusat industri tekstil, industri pakaian dari sutra bersulam ditempatkan di kota Damaskus yang pusat kerajinan sutranya berada di Khazakstan, dan kota Syam menjadi pusat industri keramik dan gelas berukir.

* Sektor Pertanian

Pembangunan kanal, bendungan, irigasi dan terusan diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan petani yang hasilnya mampu meningkatkan produktifitas para petani dan kualitas hasil panennya. Sebagai contoh, pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, istri khalifah, Ratu Zubaidah menyaksikan penderitaan rakyat akibat kemarau panjang dalam kunjungannya ke Makkah dan Madinah. Atas usulan permaisuri, khalifah membangun sebuah bendungan dan terusan yang  dapat mengalirkan air ke ladang-ladang dan untuk kebutuhan hidup para petani. Sehingga kehidupan masyarakat di dua kota suci itu sejahtera. Untuk mengenang jasa Ratu Zubaidah, bendungan itu diberi nama “Bendungan Zubaidah”.

c. Seni Budaya

Peradaban Islam dalalm bidang seni budaya, sastra mancapai puncak kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad menjadi kota pusat studi ilmu, seni dan sastra. Kemajuan ini disebabkan karena proses asimilasi (pertemuan budaya) antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya. Apalagi setelah kegiatan penerjemahan berbagai macam buku dari Yunani, India, Byzantium, dan Persia ke dalam bahasa Arab.

Perkembangan peradaban yang dapat diidentifikasi dalam bidang seni budaya dan sastra seperti :

* Seni Arsitektur

Seni arsitektur ini sangat digemari oleh para khalifah. Seni arsitektur ini sangat berguna untuk keperluan membangun gedung, masjid, istana, madrasah, dan kantor pemerintahan. khalifah Abbsiyah tidak segan-segan mendatangkan arsitek-arsitek dari Byzantium, Yunani, Persia, dan India untuk mendisain bangunan dan mengajarkan seni arsitektur bangunan kepada orang Abbasiyah.

Bukti dari kemajuan pradaban seni arsitektur pada masa Daulah Abbasiyah masih dapat ditemukan sampai saat ini dari keindahan gedung-gedung istana, masjid, madrasah sebagai peninggalan Daulah Abbasiyah.

Seni Tata Kota

Seni tata kota dan arsitektur pada masa Daulah Abbasiyah bernilai sangat tinggi, banyak bangunan dan kota dibangun dengan teknik tata kota yang berseni tinggi. Diantara kota-kota itu adalah :

Kota Baghdad

Baghdad dibangun tahun 763 M pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur. Pembangunan kota ini melibatkan 100.000 orang ahli bangunan, terdiri dari arsitek, tukang batu, tukang kayu, pemahat, pelukis, dan lain-lain yang didatangkan dari Suriah, Iran, Basrah, Mosul, Kuffah, dan daerah –daerah yang lainnya. Biaya pembangunan kota ini mencapai 4.833.000 dirham.

Kota Baghdad dibangun berbentuk bundar sehingga disebut kota bundar (Al-Mudawwarah). Dikelilingi dua lapis tembok besar dan tinggi. Bagian bawah selebar 50 hasta dan bagian atas 20 hasta, tingginya 90 kaki (27.5 m). Di luar tembok dibangun parit yang dalam, yang berfungsi ganda sebagai saluran air dan benteng pertahanan.

Di tengah kota dibangun istana khalifah diberi nama Qashrul Dzahab (istana emas) yang melambangkan kemegahan dan kejayaan. Di samping istana, dibangun pula Masjid Jami’ Al-Mansyur.

- Kota Samarra

Lima tahun setelah kota Baghdad mengalami kemajuan Khalifah Al-Mu’tashim Billah (833-842 M) membangun kota Samarra. Di dalam kota ini terdapat istana yang indah dan megah, masjid raya, taman kota dengan bunga-bunga yang indah, dan alun-alun. Untuk memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya, dibangun pula pusat-pusat perbelanjaan dan pusat-pusat pelayanan publik.

Selain pembangunan di kota-kota tersebut, dua kota suci umat Islam Makkah dan Madinah juga tidak terlepas dari sentuhan seni arsitektur para penguasaa Daulah Abbasiyah. Terlebih Masjid Al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Menurut tradisi, setiap penguasa muslim pada masanya masing-masing turut ambil bagian dalm renovasi dan pembangunan dua Masjid suci kebanggaan umat Islam tersebut.

f. Seni Sastra

Dunia sastra mencapai puncak kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad merupakan pusatnya para penyair dan sastrawan. Bahkan hampir seluruh khalifah Abbasiyah menyukai sastra. Berikut beberapa penyair dan sastrawan yang terkenal saat itu :

 Abu Athiyah (760 – 841 M)

 Abu Nawas (741 – 794 M)

 Abu Tamam (w 847 M)

 Al-Buhtury (821 – 900 M)

 Al-Muntanabbi (961 – 967 M)

Kota Baghdad terkenal dengan kisah yang melegenda di kalangan umat Islam yaitu cerita tentang 1001 malam (Alfu Lailah Wa Lailah) yang ditulis oleh Mubasyir ibnu Fathik.

Kerjakan Tugas Berikut ini!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI Kelas 9 PB 1 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Gresik-Sunan Giri)

A. Pengantar Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah.  Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara. Adapun nama-nama Wali Songo sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati B. Buka Cakrawalamu Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa

SKI Kelas 8 PB 11 : B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah (Bagian 3)

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)   Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.  5. Abu Abdullah Al Quda’I, Ahli Ilmu Fiqih  Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir). 6. Para ilmuan muslim lainnya seperti : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat anNabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa

Mitos Sabdo Palon dan Noyo Genggong : Ini Jawabannya !

Telah banyak bersliweran kabar, informasi, cerita legenda dan hikayat tentang keberadaan abdi dalem Kraton MAJAPAHIT (WILWATIKTA) yang bernama SABDO PALON dan NAYA GENGGONG. Dari yang bersifat sangat halus hingga yang berisi SUMPAH SERAPAH yang bersangkutan di era runtuhnya MAJAPAHIT. Belum lagi terbitnya saduran buku-buku baik berupa ajaran atau ramalan yang mengatas namakan dua abdi ini, tetapi semuanya tidak dapat menunjukkan rujukan asli dari sumber ceritanya. Mengingat seringnya timbul pertanyaan mengenai hal ini di group dan forum WILWATIKTA (MAJAPAHIT), maka saya berinisiatif untuk menjelaskannya secara tertulis seperti ini agar bila pertanyaan yang sama muncul, rekan-rekan dapat mereferensi jawabannya dari catatan ini. Hal ini didasarkan pada pengalaman pribadi saya, baik ketika menerima ajaran adat maupun ketika saya berkunjung ke beberapa lokasi peninggalan WILWATIKTA / MAJAPAHIT (di Jawa Timur dan Jawa Tengah). Sesungguhnya penokohan abdi dalem y

SKI Kelas 9 PB 5 : 3.6 Menganalisis biografi tokoh penyebar Islam di berbagai wilayah Indonesia - Syaikh Abdur Rauf as-Singkili & Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari

1. Syaikh Abdur Rauf as-Singkili  Nama aslinya adalah Abdur Rauf al-Fansuri yang lahir di kota Singkil. Beliau adalah orang pertama kali yang mengembangkan Tarekat Syattariyah di Indonesia.  Sekitar tahun 1640, beliau berangkat ke tanah Arab untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Abdur Rauf as-Singkili pernah bermukim di Makkah dan Madinah. Ia mempelajari Tarekat Syattariyah dari gurunya yang bernama Ahmad Qusasi dan Ibrahim al-Qur’ani. Kemudian, Abdur Rauf as-Singkili pernah menjadi Mufti Kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Sultanah Safiatuddin Tajul Alam.  Abdur Rauf as-Singkili memiliki sekitar 21 karya dalam bentuk kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh, dan tasawuf. Beberpa karyanya antara lain sebagai berikut.  Kitab Tafsir yang berjudul Turjuman al Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah), yakni merupakan kitab tafsir pertama yang dihasilkan di Indonesia.  Umdat al Muhtajin, yaitu karya terpenting yang ditulis oleh Abdur Rauf asSingkili. Buku ini terdiri dari 7 bab yang memuat tentang dzik