3. Teori Masuknya Islam ke Indonesia
a. Teori Makkah
Teori Makkah merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan/penolakan terhadap teori Gujarat. Teori Makkah mengemukakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 Masehi. Adapun orang-orang yang membawa Islam ke Indonesia berasal dari bangsa Arab, terutama Mesir. Teori ini didasarkan pada beberapa hal berikut ini.
- Pada abad ke-7 (tahun 674 Masehi) di pantai barat Sumatera sudah terdapat Perkampungan Arab (Islam), dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Tiongkok dari Hikayat Dinasti Tang yang antara lain menceritakan tentang orang-orang Ta Shih (sebutan untuk bangsa Arab) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ho Ling yang diperintah oleh Ratu Sima (tahun 674 Masehi).
- Kerajaan Samudera Pasai menganut madzhab Syafi’i. Dalam hal ini, pengaruh madzhab Syafi’i yang terbesar pada waktu itu adalah di Mesir dan Makkah. Adapun daerah Gujarat/India adalah penganut madzhab Hanafi.
- Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar al-Malik, di mana gelar ini berasal dari Mesir.
Teori Makkah didukung oleh Hamka, Van Leur, dan T.W. Arnold. Pendukung teori ini menyatakan bahwa pada abad ke-13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam. Jadi, masuknya Islam ke Indonesia terjadi sebelumnya, yaitu pada abad ke-7. Begitu pula yang berperan besar terhadap proses penyebaran Islam adalah bangsa Arab.
b. Teori Persia
Teori Persia berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-15 dengan dibawa oleh bangsa Persia (sekarang menjadi negara Iran). Teori Persia didasarkan pada banyaknya kesamaan antara budaya Persia dengan masyarakat Indonesia, di antaranya sebagai berikut.
- Peringatan 10 Muharram atau hari Asyura, yaitu memperingati meninggalnya Husain bin Ali (cucu Nabi Muhammad Saw.) yang sangat dihormati oleh kaum Syi’ah (Islam Iran). Di Sumatra Barat, peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di Pulau Jawa, masyarakatnya membuat bubur Suro.
- Kesamaan ajaran tasawuf yang dianut Syeikh Siti Jennar dengan seorang sufi dari Iran yaitu, al-Hallaj.
- Penggunaan istilah bahasa Persia dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat (jabar jer = fathah, dhammah, kasrah).
c. Teori Gujarat
Teori ini mengemukakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi. Bangsa Gujarat (Cambay) dari India diyakini sebagai pihak yang membawa Islam ke Indonesia. Teori ini didasarkan pada hal-hal berikut.
- Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam
- Hubungan dagang antara Indonesia dengan India sudah lama terjalin melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
- Adanya batu nisan Sultan Malik al-Saleh (sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai) yang bertuliskan angka tahun 1297 bercorak khas Gujarat.
Teori Gujarat didukung oleh Snouck Hurgronje, W.F. Stutterheim, dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli sejarah pendukung teori ini lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam, yaitu adanya Kerajaan Samudera Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marco Polo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di
Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk agama Islam dan banyak pedagang dari India yang menyebarkan Islam.
d. Teori Cina
Ahli sejarah yang mendukung teori ini anatra lain; Prof. Slamet Muljana, H.J, De Graaf. Teori cina ini di dasarkan pada asumsi adanya unsur kebudayaan Cina dalam sejumlah unsur kebudayaan Islam di Indonesia, berdasarkan sumber klonik dari klenteng Sampokong di Semarang yang memperlihatkan pengaruh orangorang Cina dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Pengaruh cina dalam penyebaran Islam di Indonesia, bias kita saksikan pada buktibukti arkeologis. Pada masjid-masjid kuno yang dibangun pada sekitar abad 15 M. Masjid Agung Demak, Masjid Agung kesepuhan Cirebon, masjid agung Kudus di dinding masjid tertempel berbagi piring porselin dari masa dinasti Ming, ini sabagi salah satu bukti arkeologis. Bukti berikutnya adalah catatan sejarah Babad ding
Gresik mengisahakan tentang prajurit patang puluh cina bersenjata api pimpinan Paji laras dan Panji Liris.
4. Corak Keislaman di Indonesia
Dalam perkembangan sejarah dakwah Islam, para mubaligh menyampaikan ajaran Islam secara bijaksana melalui bahasa budaya sebagaimana dilakukan oleh walisongo. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas dan pendekatan yang arif bijaksana, ajaran Islam menjadi bagian dari tata nilai di masyarakat yang tidak dapat dipisahkan.
Nilai-nilai Islam meliputi segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Corak keislaman dan keindonesiaan dapat disaksikan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari seni, budaya, sosial-politik, sosial-ekonomi, pendidikan dan ilmu pengetahuan, bahkan dalam tatanan berbangsa dan bernegara yang masih dapat kita rasakan sampai saat ini.
a. Politik
Seiring periodisasi perkembangan Islam di Indonesia, ajaran Islam ikut mewarnai corak politik di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan munculnya kerajaan Islam di Indonesia, seperti Kerajaan Samudera Pasai, Malaka, Aceh Darussalam, Demak, Pajang, Banten, Cirebon, Mataram, Ternate, Tidore, Gowa-Tallo, dan lain-lain. Bahkan, nilai-nilai Islam mewarnai corak pemerintahan dan tata kenegaraan, berkolaborasi dengan nilai-nilai luhur bangsa.
b. Seni dan Budaya
Seni dan budaya tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai ajaran Islam. Seni bukanlah sesuatu yang diharamkan dalam Islam. Dengan seni, kehidupan manusia lebih indah dan nyaman untuk dinikmati. Kata “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddayah sebagai bentuk jamak dari kata budhi yang berarti perilaku, budi, atau akal. Maka, kata kebudayaan dapat diartikan sebagai bentuk yang berkaitan dengan budi pekerti dari hasil pemikiran. Kesenian termasuk dalam unsur kebudayaan. Banyak seni dan budaya Indonesia yang bernuansa Islam seperti, hadrah, rebana, kasidah, kaligrafi, seni lukis, seni pahat, tari zapin, pakarena burakne, sandur, tari pergaulan, barzanji, khitan, sekaten, rajaban, mauludan, nyadran, kenduri, menata konde, dan masih banyak lagi.
c. Pendidikan
Untuk menganalisis masuknya pendidikan Islam di Indonesia, maka sangat tepat kiranya untuk menelusuri proses masuknya Islam di Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia memiliki letak yang strategis dalam rangka pelayaran dan perdagangan sehingga menjadi salah satu sarana masuknya ajaran Islam. Para saudagar, ulama, termasuk wali, berperan besar terhadap penyebaran Islam.
Mereka pada mulanya mendirikan pesantren-pesantren di sekitar kota pelabuhan (sebagai tempat transit kapal-kapal dagang) guna menyebarkan dakwah Islam. Istilah “pesantren” sendiri berasal dari ucapan “pesantrian”, yakni tempat para santri menimba ilmu agama.
d. Perekonomian
Perekonomian sebagai salah satu pilar tegaknya sebuah peradaban sedikit banyak mendapat corak keislaman. Nilai-nilai ajaran Islam telah terpatri dalam sanubari setiap muslim, apa pun profesinya. Sehingga, di dalam menjalankan segala aktivitas selalu dilandasi karena Allah dan mencari keridaan-Nya.
Sejarah mencatat banyak tokoh muslim Indonesia yang sukses dalam bidang perekonomian. Mohammad Hatta adalah salah contoh tokoh muslim yang ikut mewarnai perekonomian Indonesia dengan nilai-nilai keislaman, Ia dikenal sebagai bapak koperasi, di mana badan usaha berbentuk koperasi merupakan saka guru perekonomian Indonesia. Contoh lain adalah Haji Samanhudi, seorang pedagang batik dari Laweyan, Surakarta. Pada 16 Oktober 1905, ia mendirikan organisasi Sarekat Dagang Islam demi mengatasi situasi perekonomian rakyat pribumi yang terpuruk akibat monopoli bangsa asiNG.
Setelah Membaca teks di atas. Silakan Isi Daftar hadir berikut ini!
Saya sudah membaca
BalasHapusSudah
Hapus