Langsung ke konten utama

SKI Kelas 9 PB 2 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Drajat-Kalijaga-Kudus)

e. Sunan Drajat 

Sunan Drajat lahir di Ampel, Surabaya pada tahun 1407 dengan nama asli Raden Qasim atau Syarifuddin. Sunan Drajat merupakan adik Sunan Bonang, putra dari Sunan Ampel. Sunan Drajat dikenal sebagai tokoh yang mengedepankan dakwah Islam melalui pendidikan budi pekerti bagi masyarakat. Ia wafat pada pertengahan abad ke-16 dan dimakamkan di daerah Sedayu, Gresik, Jawa Timur. 

f. Sunan Kalijaga 

Nama asli beliau adalah Raden Mas Syahid, putra dari Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta yang menjadi Bupati Tuban. Adapun ibunya bernama Nawang Rum. Nama Kalijaga dalam satu versi berasal dari bahasa Arab dari kata “qadi zaka” (pemimpin yang menegakkan kebersihan dan kesucian). Namun, pendengaran orang Jawa adalah Kalijaga. 

Nama dan gelar Sunan Kalijaga antara lain Raden Mas Syahid (Raden Sahid), Lokajaya, Syekh Melaya, Raden Abdurrahman, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti, Ki Dalang Bengkok, Ki Dalang Kumendung, serta Ki Unehan. Nama-nama tersebut berkaitan erat dengan sejarah perjalanan hidupnya. Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq dan memiliki tiga putra, yakni Raden Umar Said alias Sunan Muria, Dewi Ruqoyah, serta Dewi Sofiyah. 

g. Sunan Kudus 

Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung. Nama aslinya adalah Ja’far Shadiq dan masih memiliki hubungan kekerabatan (silsilah) dengan Nabi Muhammad Saw. Sunan Kudus berdakwah di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau termasuk ulama yang menguasai banyak disiplin ilmu, seperti fiqh, ushul fiqh, tauhid, hadits, tafsir, dan logika. Oleh karena itu, beliau mendapat gelar “Waliyyul ‘Ilmi” (orang yang kuat ilmunya).


Setelah membaca teks di atas, marilah isi kehadiran pada Form berikut ini:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...