Langsung ke konten utama

Lomba Makan Krupuk, Tidak Sesuai dengan Syariat Islam

Kemerdekaan RI yang jatuh tanggal 17 Agustus selalu diisi dengan berbagai kegiatan. Salah satunya lomba-lomba. Ada panjat pinang, pukul bantal, balap kelereng, sepak bola bersarung dan tentunya makan kerupuk.Tentu semua lomba tersebut tujuannya untuk hiburan. Jika dihitung hadiahnya tidak seberapa. yang penting bergembira dan bersenang-senang semeriah mungkin di hari Kemerdekaan RI.
banyak yang tidak sadar di antara kita, sesungguhnya jika ditilik dari syariat Islam, budaya lomba makan kerupuk itu sendiri jauh dari syariat Islam. Lomba makan kerupuk tidak Islami. Memang kesannya galak. Biasa aja kali. 
Islam sesungguhnya adgama paripurna. Agama yang sempurna. Semua aspek kehidupan di atur di dalamnya. termasuk di dalamnya dalam hal makan. Ada aturan bagaimana Islam menganjurkan umatnya dalam makan dan minum :
  1. Makan tujuannya untuk menambah energi.
  2. Makan tidak boleh dengan tangan kiri,apa lagi hanya sekedar dengan mulut tanpa dipegang tangan. Sama dengan sapi
  3. Makan diharuskan dengan terlebih dahulu membaca doa.
  4. Makan tidak dengan berdiri
  5. Makan tidak boleh terlalu kenyang
  6. Makan tidak boleh terburu-buru. Harus dikunyah.
dari beberapa poin di atas saja sudah dapat kita ketahui, ternyata lomba makan krupuk jauh dari nilai Islam.
Lomba dan memperingati Kemerdekaan boleh saja. Asalkan jangan sampai kita jauh dari Allah dengan melanggar syariaatnya. Mudah-mudahan kita selalu diberi petunjuk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

DELAP VS MEDHIT

Sekali lagi saya uraiakan kata-kata dalam bahasa Jawa untuk kita apahami kembali dikarenakan kata-kta tersebut sudah mulai  jarang kita jumpai atau kita dengarkan lagi. Kata pertama kata DELAP , arti delap adalah suatu karakter atau sifat seseorang yang suka meminta kepada orang lain. orang delap itu kreatif. tetapi kreatifnya kreatif meminta kepada orang lain. dulu kata ini dilekatkan pada anak-anak yang suka minta kue atau  minuman kepada temannya dengan intensitas tinggi atau keseringan. walaupun sejatinya dia sendiri punya dan mampu untuk beli sendiri. tetapi setiap kali orang lain pegang makanan pasti dia minta. anak tersebut delap , kata teman-temannya. namun demikian predikat delap tidak hanya dilekatkan pada anak kecil. orang dewasa pun bisa dilekati kata ini jika memang memiliki sifat delap . pejabat pemerintah yang suka minta-minta pun bisa dikatakan delap. bawahannya dijadikan sapi perahannya karena sifat delap nya itu. biasanya orang delap juga be...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...