Langsung ke konten utama

Hari Pertama Kerja Pasca Idul Fitri

Hari ini, Senin tanggal 4 Agustus 2014 adalah hari pertama kerja setelah Idul Fitri 1435 H. Setelah menghabiskan libur panjang Puasa Ramadhan dan Juga Hari Raya. Sekarang juga hari pertama masuk sekolah. Bagi anak-anak saja dan tentunya semua siswa sekolah. Proses membangunkan mereka sedikit agak sulit. Mengingat sudah sebulan lebih kebiasaan molor sesudah sholat subuh terbentuk di saat libur puasa dan hari raya. Hasilnya, kami berdua, saya dan isteri harus bagi tugas pekerjaan rumah. Ketelatenan ekstra kami buthkan. Jangan sampai emosi tersulut kerena tingkah buah hati. Kami maklumi keadaan. Jangankan anak-anak, sih bapak saja juga males berangkat kerja.
Pertama, saya antar yang nomer dua, Haekal Azhar Lazzuardy ke TK ABA 14 Watesnegoro. Anak saya kedua ini adalah anak paling manja di rumah. Kemauannya keras, modelnya banyak sekali. Jika tidak dituruti akan ngambek dan ngomel serta menangis. Menangani dia memang lebih sulit daripada dua saudaranya. Tetapi hari ini beda, di TK dia sudah berani sekolah tanpa harus ditunggu oleh Bundanya. Luar biasa. Sampai di TK langsung disambut oleh Bu Hilda. Bu Hilda adalah guru kelasnya Haekal. Di tahun sebelumnya beliau adalah guru kelasnya Haedar, sang kakak. Bu Hilda sabar menghadapi anak. Langsung saya titipkan bu Hilda, setelah ke dua anak saya salam dan salim. Sementara Haedar harus terus bareng saya berangkat sekolah. Haedar sekolah di tempat saya kerja. SD Muhammadiyah 1 Gempol. Sudah 15 tahun saya bekerja di sini. Dari Pendidik swasta sampai diangkat PNS Kemenag tetap belum pernah pindah. Memang, dulu saya pernah mengajar di SMP, SMA dan juga SMEA Muhammadiyah Gempol. Masih dalam satu bendera.
Di sekolah sangat sibuk. Setiap guru melayani wali murid dan juga murid seraya bersilaturrahim, halal bi halal. Banyak pembayaran dan juga pembelian di koperasi. Yang daftar ulang dilayani bu Ida dan BU Feni. Dan tentunya Pak Adi. Saya membantu melayani Koperasi yang semula dihandle oleh Mas Gusdi petugas PPSD kami. Kebanyakan anak-anak membeli perlengkapan sekolah, lebih-lebih bedge.

Belepotan mengucap "Taqobbalallhu minna wa minkum"

Mengajarkan kebiasaan baik itu sulit. Berbeda dengan mengajarkan kebiasaan buruk. Ibarat menanam padi, selalu ada rumput yang turut tumbuh. Demikian juga kebiasaan mengucap ucapan hari raya. Jika selama ini kita mengenal kalimat "minal a'idzin wal fa'izin", dan memang sangat polpuler dalam masyarakat Indonesia. Namun banyak yang salah sangka dengan makna kalimat ini. Coba anda tanyakan apa artinya, pasti akan dijawab "Mohon maaf lahir dan bathin" padahal bukan itu artinya. Tak heranlah, kebanyakan masyarakat kita gurunya kan Televisi. TV gemar sesuatu yang populer. Meski tidak berdasar agama bahkan menyimpang dari agama, kalau populer akan dia tayangkan guna kepentingan ratting. Do'a-do'a di TV coba, banyak yang dhoif bahkan tidak jelas sumbernya. Mulai do'a adzan sampai doa berbuka puasa yang dinyanyikan itu. Gak heranlah.Pertanyaannya ? Kemana para ustadz yangs sering nongol di TV dengan kostum glamourny ?
Kembali kepada arti "minal a'idzin wal faizin" semestinya bermakna :
"termasuk orang yang kembali dan orang yang menang"
Sebuah kalimat yang putus dan tidak bermakna, makanya banyak yang menyarankan menambahkan kata "Ja'alanallahu minal a'idzin wal faizin" sehingga kata tersebut jadi bermakna "semoga Allah menjadikan kita orang yang kembali (fitri) dan orang-orang yang menang"
Namun, jika kita menilik contoh Rasulullah, maka ucapan yang shahih diucap Nabi adalah kalimat :
"Taqobbalallahu minna wa minkum" yang bermakna "Semoga Allah menerima (amal puasa) kami dan juga kamu"
Mengajarkan kalimat ini sungguh sangat sulit. Banyak yang keseleso lidah ketika mengucap ini. Anak-anak di sekolah banyak yang keseleo. Kami dengarkan mereka pelan-pelan. Satu persatu. Ketika melewati 10 guru insyaallah mereka sudah hafal. Jika belum gak masalah. Lain kali diajari.
Selamat bekerja, semoga semnagt baru terpatri. Jangan malas-masalan. Lupakan pilpres.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...