Langsung ke konten utama

Candi Jawi ; Eksotis, Namun Sering DIlewatkan

Candi Jawi, hanya sedikit dari nama candi Indonesia yang namanya masih orisinil belum mengalami perubahan. Sebagian besar lainnya sudah berganti nama bahkan hilang. Candi Jawi sebenarnya peninggalan Kerajaan Singosari pada penghujung pemerintahan. Candi ini pernah hancur beberapa kali dan mengalami pemugaran. Salah satunya termuat dalam Kitab Negara Kertagama. Lewat Prabu Hayam Wuruk, Candi ini dipugar ulang. Sebagian batunya diambilkan dari pesisir utara Jawa dan Madura. Tak mengherankan, warnanya berbeda. Putih bukan hitam.
Candi Jawi juga pernah dipugar dimasa pemerintahan Hindia Belanda. Perlu bertahun-tahun untuk menyusun kembali bangunan candi yang porakiporanda. Beberapa bagian candi hilang. Namun berhasil ditemukan dibeberapa rumah penduduk. Bentuknya ketika sudah berhasil dipugar sungguh eksotik.
Namun sayang, keeksotisan Candi Jawi hanya dipandang sbelah mata. Banyak wisatawan yang berlibur ke Prigen (Tretes) atau Trawas hanya sekilas memandangnya. Bahkan tak jarang yang berlalu begitu saja tanpa mampir ke Candi ini. Jika pun mampir, sebagian besar di antara mereka hanya berfoto-foto saja, kemudian berlalu melanjutkan perjalanan. Jarang ada yang serius menggali sejarah. 
Berikut ini beberapa foto yang sudah saya ambil dari Candi Jawi :

Candi Jawi dari arah timur laut

Bunga teratai di tengah kolam

Candi Jawi dari arah tenggara
Gapura Sisi Barat Candi Jawi. Entah dulu bentuknya seperti apa ?

Candi Jawi dari sisi Timur Laut. Persis di bawah pagar bata sebrang kolam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...