Kalau membaca buku Nalar Ayat-Ayat Semesta Karya @Agus Purwanto Dosen ITS, disana kita temukan bahwa persoalan sains sesungguhnya berjalan beriringan dengan Al Quran. Hampir 80 persen ayat-ayat di dalam Al Quran berisi informasi mengenai Alam Semesta. Mulai dari penciptaan langit dan bumi serta segala isinya. Matahari dan bulan yang selalu beriringan dan dapat menjadi tanda-tanda kekuasaan Allah berupa perhitungan (Hisab) waktu mulai dari hari, bulan dan tahun. Tentunya kesemuanya adalah sebagai tanda bagi manusia yang mampu dan mau mempergunakan nalarnya. Masalah kehidupan hewan dan tumbuhan juga kita dapatkan informasi di dalamnya.
Menariknya, Bahasan ayat-ayat semesta yang ditulis oleh Gus Pur ini sangat jarang dibahas oleh ulama-ulama serta cendekiawan muslim kita. Kebanyakan, merka hanya berkutat pada permasalah hukum fiqih saja. Hukum ini, hukum itu. Boleh begini boleh begitu. Seolah Islam hanya mengatur itu saja. Lainnya tidak.
Kembali kepada pembahasan masalah hisab. Hisab secara nyata sudah dikabarkan di dalam Al Quran dan hanya manusia berfikir saja yang dapat menangkap tanda - tanda ini. Sayang kawan, banyak di antara kita terjebak pada masalah yang sesungguhnya bukan esensi. Taruhlah contoh, masalah puasa sendiri. Bagi Muhammadiyah, Esensi ibadah dalam dalam Ramadhan adalah puasanya. Sedangkan mengetahui kapan mulai puasa adalah masalah teknis saja. Tentu, karena masalah teknis, dapat dikembangkan di kemudian hari dengan teknis yang lebih baik, lebih mudah dan lebih menyakinkan. Bukan dibiarkan menyulitkan dan mengeluarkan banyak energi serta tidak memberi kepastian.
Inilah satu satu pedoman mengapa Muhammadiyah menggunakan Hisab Haqiqi Wujudul Hilal. Di smaping selaras dengan Al Quran juga selaras dengan ilmu pengetahuan (sains). Memudahkan dan juga memberikan kepastian.
Saya yakin, suatu saat pedoman hisab wujudul hilal yang dipedomani Muhammadiyah dapat berubah. Tentu perubahannya mendekati kesempurnaan. Hal ini kan terjadi, jika ditemukan metode atau teknis yang lebih brilliant dan lebih memberi kepastian dan kemudahan. Jadi, mari kita selaraskan alam pikirna kita dengan banyak mengkaji kembali Al Quran dan Ilmu Pengetahuan. Keduanya selaras selama dijiwai oleh semangat tauhid yang benar. Untuk kemajuan umat, bukan perpecahan.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah meninggalkan komentar pada blog ini.