Langsung ke konten utama

Baju Takwa Baru untuk Anakku

Selasa, 22 Januari 2013 adalah dua hari jelang peingatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Bagi saya pribadi tidak ada yang istimewa. Bagi sebagian orang mungkin peringatan ini luar biasa. Biarlah. Saya tidak ingin membahasnya panjang lebar di sini.Bahasan saya justeru dilihat dari segi lain saja. Salah satunya dari sudut pandang anak saya yang notebene masih tergolong balita dan satunya masih kanak-kanak.
Bagi anak kecil, perayaan ini sangat istimewa sekali. Mungkin ini adalah pengalaman pertamanya seumur hidupnya. Rasa keingintahuaannya masih sangat besar terhadap hal-hal baru yang belum diketahui. Karenanya siap-siap saja untuk melihat tingkahnya dan sesekali menjawab pertanyaan si kecil yang kadang tidak disangka-sangka.
Hari itu istimewa, kenapa demikian ? Anakku yang TK diminta oleh gurunya membawa buah dan berpakaian busana muslim hari rabunya. Hari sudah sore ketika si mbahnya bilang ini ke saya. Kok anak saya gak bilang ya ? Padahal saya belum juga belikan buah untuk dia bawah besok. Di samping itu juga baju dia yang biasa dipake ngaji sudah kotor tadi tertumpai sirup. Baju lainnya sih ada namun sudah lumayan lusuh bagi dia. Maklum bajunya sudah agak lamaan. Perkembangan fisik anak saya terlampau cepat. Baju yang dibelikan setahun yang lalu saja sudah banyak yang tidak cukup. Di samping itu sudah banyak yang koyak juga terutama di bagian selakangan. Kasihan jika harus saya pakaikan baju yang tidka layak itu.
Terpaksa, saya tancap gas. Langsung saya ajak si sulung pergi ke Kejapanan. Belanja hari ini buah dan baju taqwa untuk si sulung. Yang kedua juga ikut. Biasanya dia tidak pernah minta sesuatu. Namun jika ada yang cocok meskipun sangat jelek tidak akan dia surut memintanya. Pengalaman beli jaket dahulu. Saya carikan pertama ketemu jaket Indonesia. Pas ukurannya. Harga belum jadi tetapi jaket itu dibawa terus. Pandangan mata saya jatuh ke jaket lainnya. Bahannya halus dan coraknya bagus. Saya naksir dan harganya memang agak mahalan dikit. Saya cobakan jaket itu. Si nomor dua bersikukuh tidak mau. Apa daya biarlah. Kekahawatiran saya dia akan minta tapi sesuka hatinya saja.
Pembelian baju takwa untuk si sulung beres. Dia tidak pernah neko-neko. Ukuran pas corak yang kurang sip. Hijau gelap bro. Kontras dengan warna kulit anaksaya yang hitam manis. Bagaimana lagi ukuran yang pas tidak ada lagaai. Biar saja, hehehe...
Saya kasihan lihat yang kedua, dia belum punya baju takwa. Iseng saya carikan ukuran yang pas dan ada. Saya cobakan dia tidak mau. Saya bujuk masih tidak mau. Mungkin dianya tidak mood dengan baju takwa. Saya beli saja barangkali dia cocok di rumah. Bener saja, di rumah dia pakai terus dan tidak mau dilepas. Jelang tidur pun masih dipakai. Khawatir kena ngompol, saat tidurnya sudah pulas dilepaslah oleh Bunda.
Pembelian berikutnya adalah buah. Wah, hebat bener pengarih sang Nabi ini. Jelang kelahirannya banyak orang hilir mudik untuk membelikan kado beliau. Rata-rata buah-buahan segar. Deretan pembeli menutup rapat lapak buah sahabat saya yang juga kepala SMP Muhammadiyah 4 Gempol, Mukhammad Lutfi, S.Pd. Luar biasa. Penuh sesak. Padahal kalau mau jujur harganya jauh sekali dari jangkauan. Mahal sekali. Memang jelang muludan. Harga buah melonjak tinggi ke awang-awang. Deal juga buahnya. Pulang deh,....
Esoknya anakku pakai baju takwanya untuk sekolah. Sorenya dipake untuk ikut kenduri di Mushollah depan rumah. Yang kedua ikut. Ketika menyaksikan banyak orang bawa buah. Dia nanya. "yah, durennya mana ?". Sontak wak Nggung yang disamping saya tertawa lebar. Memang anak saya penggemar berat duren. Beda dengan yang pertama, dia tidak suka buah dan sayuran. Yang kedua memang doyan makan. Setiap makanan dia suka. Termasuk di dalamnya Durian. 
Ini foto dia ketika pakai baju barunya, besoknya juga dia pakai lagi ketika jalan-jalan ke Taman Datu








Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...