Langsung ke konten utama

Kenangan IMM Sidoarjo : Durung Ndadak

Acara kurang dari satu minggu digelar. Sementara uang panitia belum terkumpul maksimal. Proposal memang sudah masuk dan belum  ada tanggapan. Logikanya jika dananya tidak mencukupi maka akan berpengaruh pada acara. kalau tidak gagal pastilah panitia akan tekor. Sementara tau sendirilah kita panitia adalah para mahasiswa pinggiran. mahasiswa level dua. Kaya tidak, miskin sudah pasti. Oleh karenanya kami berfikir serius untuk kesuksesan acara. Jika acara dibatalkan tidak mungkin. Undangan sudah dikirim ke masing-masing yang diundang. Jika ditunda kita akan kerja dua kali. Jika diteruskan maka kita harus kerja ekstra cari dana.
Kebetulan saat itu kami belum memasukkan proposal ke UMSIDA. Panitia ternyata dengan faktor X tidak atau kelupaan untuk memasukkan proposal itu ke kampus. Sehingga tidak mengherankan uang belum cair juga karena proposal belum masuk. Maka kami juga kelimpungan. Saar rapat panitia baru kami ketahui semua bahwa memang proposal belum dimasukkan. Sekretaris panitia yang saat itu ditanya cuma senyum saja.
Kemudian dia menjawab " Hehehehe...kan durung ndadak (Belum mendadak"
Maksudnya masih ada waktu satu minggu kan belum mendadak jika proposal disampaikan. padahal semua tahu di kampus ada aturan bahwa proposal kegiatan harus masuk minimal satu bulan sebelum acara di laksanakan. Semua tertawa termasuk ketuanya saat itu Ucok Ferdinandes Situmorang dengan kata "durung ndadak" itu.
Akhirnya yang bersangkutan mendapatkan gelar di belakan namanya A**** Durung Ndadak

----
nama saya samarkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

DELAP VS MEDHIT

Sekali lagi saya uraiakan kata-kata dalam bahasa Jawa untuk kita apahami kembali dikarenakan kata-kta tersebut sudah mulai  jarang kita jumpai atau kita dengarkan lagi. Kata pertama kata DELAP , arti delap adalah suatu karakter atau sifat seseorang yang suka meminta kepada orang lain. orang delap itu kreatif. tetapi kreatifnya kreatif meminta kepada orang lain. dulu kata ini dilekatkan pada anak-anak yang suka minta kue atau  minuman kepada temannya dengan intensitas tinggi atau keseringan. walaupun sejatinya dia sendiri punya dan mampu untuk beli sendiri. tetapi setiap kali orang lain pegang makanan pasti dia minta. anak tersebut delap , kata teman-temannya. namun demikian predikat delap tidak hanya dilekatkan pada anak kecil. orang dewasa pun bisa dilekati kata ini jika memang memiliki sifat delap . pejabat pemerintah yang suka minta-minta pun bisa dikatakan delap. bawahannya dijadikan sapi perahannya karena sifat delap nya itu. biasanya orang delap juga be...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...