Langsung ke konten utama

Kalau Berpecah Belah, Pasti Hancur

Pendopo Agung
Kunjungan saya ke Situs Majaphit memberikan pembelajaran berarti bagi pribadi saya sendiri dan mungkin juga bagi sahabat semua. Sesuatu yang besar sebenarnya sedang dipaparkan di depan kita untuk dapat diambil hikmah di dalamnya. dengan hikmah itu, diharapkan kita dapat mencontoh hal-hal yang baik dan menjauhi yang buruk.
Majapahit adalah sebuah kerajaan besar. Tidak ada yang meragukan kebesaran Majapahit. Muali dari sabar sampai Merauke. Asia Tenggara bahkan wilayah Afrika (Madagaskar) dapat ditaklukkan dengan kebesaran Majapahit. Namun, sebuah cerita mesti ada akhir. Dan akhir kadang kala terjadi dengan tragis.
Demikianlah Majapahit yang menjadikan diri sebagai kekuatan besar di masa Raja Hayam wuruk dan Gajah Mada itu, pada akhirnya harus musnah dan hancur dengan tragis pula. Perebutan kekuasaan di lingkungan istana disebut-sebut sebagai cikal bakal kehancuran Majapahit. Hingga akhirnya Majaphit menjadi sebuah kekuatan kecil. Bahkan pada masa Pemerintahan Demak, Majapahit hanyalah sebuah kadipaten kecil yang tidak lagi diperhatikan.
Kalau kita perhatikan hal diatas kemudian kita renungkan dan kembali kepada keyakinan kita masing-masing. Sesunggunnya benar bahwa perpecahan tidak akan membawa kepada sesuatu kecuali kehancuran. Perebutan kekuasaan akan membawa pada pertumpahan darah. Keserakahan akan mengahalalkan segalahnya.
Saya jadi teringat firman Allah yang berulang-ulang dimuat dalam beberapa ayat. "Katakanlah : Berjalanlah kamu di muka bumi, dan lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan Allah"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...