Langsung ke konten utama

Memandang Penanggungan

Gunung Penanggungan bagi masyarakat Jawa lampau adalah gunung yang dimuliakan. Di dalamnya terkandung banyak situs sejarah yang layak untuk dilestarikan. Meskipun demikian ada saja tangan yang jahil  yang mencoba untuk merusaknya. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa tak kurang dari 83 peninggalan purbakala yang terdapat di gunung ini. Dan tak semuanya dalam keadaan baik. Lebih para lagi rusaknya peninggalan tersebut karena tangan-tangan jahil. Sebagian lagi hilang dicuri.

Penanggungan adalah gunung yang misterius. Sejak kecil aku selalu memandangnya. Sebelum berangkat sekolah, mengaji, bermain dan juga ketika mengembalakan kambing di persawahan. Ada sesuatu yang menakjubkan yang tidak dapat saya lukiskan dengan kata-kata. Ada sesuatu yang dahsyat yang tidak saya ketahui.
Moyangku berkata, Gunung ini adalah gunung Penanggungan. Dinamakan penanggungan karena mampu untuk menanggung gempuran lahar dari letusan gunung yang ada di selatannya. Gunung ibarat benteng besar yang tidak dapat ditembus oleh ganasnya alam. Dalam sebuah blog Pusdik brimod saya pernah temukan bahwa sesunggunhnya Penanggungan adalah gunung tempat mengasah kemampuan Bayangkara Majapahit di bawah komando Mahapati Gajahmada. Pemilihan Pusdik Brimob dilokasikan di kaki gunung ini karena kebesaran masa lampau ini.
Terlepas dari itu semua, rasanya bagiku gunung tetap menjadi sebuah hal misterius dan agung. Ada rasa batin yang ini menaklukkannya dengan mampu mendakinya. Beberapa kali pernah naik gunung walau bukan sebuah hobby menjadikanku serasa sangat gembira. Maklum saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...