Hari Ahad kemarin, saya sempat diundang oleh seorang tetangga dalam rangka menerima tamu yang hendak melamar putri bersangkutan. Namanya proses lamaran memang dipenuhi dengan proses simbolik dan terkesan sakral sekali. Ketepatan pada saat itu saya diminta untuk menjadi pemandu acara dadakan. Sebuah profesi yang sering saya dapatkan dan saya memang enjoy untuk melaksanakannya kecuali dalam prosesi ini. Kenapa demikian ? hal ini disebabkan karena dalam prosesi ini banyak menggunakan adat jawa dan cenderung menggunakan Bahasa Jawa. Walaupun saya orang Jawa, dibesarkan di Jawa dan mungkin akan mati di Jawa, tetapi untuk urusan bahasa Jawa saya cenderung memakai bahasa Jawa Pasaran dan tidak mampu mengucapkan bahasa Jawa alus. Memang dari sananya saya bukan keturunan orang alus.
Alhamdulillah acara prosesi lamaran sudah berakhir. Sebagai penutup maka hadirin disambut dengan tari piring. Alhamdulillah juga, menunya adalah Rawon. Salah satu menu favorit saya selain nasi goreng dan bakso.
Seusai acara tamu pulang. Tidak lupa pula berkat sebagai oleh-oleh wajib diberikan oleh tuan rumah kepada tamu yang datang termasuk saya di dalamnya. Berkat adalah berkah. Berkah untuk yang ada di rumah. Jadi tidak etis bagi mereka yang turut dalam undnagan ikut makan berkat yang di dapatkan. Orang jawa mengatakan berkat adalah syarat untuk membuka pintu. Artinya berkat adalah oleh-oleh atau buah tangan yang menyenangkan bagi yang ada di rumah. Namun takk jarang pula, orang yang ketika undangan sudah dapat makan di tempat undangan masih juga ikut makan berkat ketika di rumah. hehehe
Ketika para tamu sudah pulang saya dan beberapa orang masih berada di kediamana empunya. Ada obrolan bebas mengenai beberapa hal. Dan perlu diketahui bahwa yang hadir dalam majelis ini adalah para sesepuh atau orang yang secara usia adalah orang yang sudah matang kecuali saya yang memang tergolong masih muda. Obrolan ngalor-ngidul kami sampai kepada obrolan masalah falsafah jawa. Banyak ajaran mulia dalam falsafah Jawa. Namun tidak banyak orang yang dapat memetik pelajaran falsafah Jawa tersebut. Yang ada banyak diantara kita cenderung mengambil posisi berseberangan dengan Ajaran Jawa ini. Ada yang mengatakan syirik, tahayul, khurafat dan lain-lain.
yai Jo, adalah sesepuh yang bertutur masalah Falsafah Jawa ini dengan mengemukanakan sebuah pertanyaan "Apa yang Dibawa Orang Hidup & Apa yang Dibawa Orang Mati ?". sebuah pertanyaan yang debatable. Mengapa demikian ? Pertanyaan ini jawabannnya memang cenderung memancing perdebatan ketika dijawab. Dan saya tidak tertarik untuk untuk menjawab pertanyaan ini karena saya sangat sadar bahwa jawabannya akan bersifat subyektif tergantung pada pandangan di penanya. Bagaimana pandangan dan ideologinya. Sehingga ketika saya jawab dengan pandangan saya maka kemungkinan besar akan berbeda dengan pandangan dia sebagi orang yang percaya dengan falsafah Jawanya. Dan saya cenderung diam dan menunggu si Yai untuk memberikan wejangannya. Bagi saya masalah kebenaran bisa datang dari siapapun dan kita harus menerima jika memang yang disampaikan adalah sebuah kebenaran.
Yai Jo melanjutkan jawabannya dengan sebuah cerita yang dia tuturkan sebagaimana berikut (tentunya sudah saya olah ke dalam Bahasa Jawa ) :
"Ketika aku tidur aku dapat wangsit, ning jerune wangsit iku aku dapat sebuah pertanyaan seperti ini : Apa yang dibawa Orang Hidup & Apa yang dibawa orang mati ?". Sudah saya coba tanyakan kepada orang-orang yang ngerti termasuk ke dalamnya adalah beberapa kyai yang paham agama. Tetapi sebagian tidak dapat memuaskan saya akan jawabannya. Mereka memang bisa menjawab apa yang dibawa orang mati ? yaitu amal. tetapi semua tidak dapat menjawab apa yang dibawa oleh orang hidup. Sudah lama aku mencari jawaban itu tetapi tidak bisa juga aku temukan jawabannya"
Yai jo berhenti bercerita seraya mengeluarkan sebungkus rokok " Sepurane, aku orang yang suka merokok, untuk urusan roko aku punya selera sendiri. aku ya juga suka rokok yang diberi tuan rumah. Tetapi aku lebih suka rokok yang kubawa sendiri. Setiap minggu aku menghabiskan 1 slop rokok ini. Aku tidak berli, anakku yang selalu membelikannya untukku. Anakku sepuluh, 9 laki-laki dan 1 anak perempuan. Inilah rokokku. rokok kobot "
Yai Jo menyalahkana rokoknya dan kembali bercerita "Suatu malam aku dapat wangsit lagi maslaah pertanyaan yang sudah lama tidak terjawab. Carilah di rumah hadap barat, dari selatan jalan lurus panjang arah ke arah utara. Aku nglilir (Bangun) dan berfikir dimana rumah hadap barat dari selatan jalan lurus ke utara. Sampai aku simpulkan bahwa rumah itu adalah rumah karibku Tam ayang ada di Semalang (Sambimalang). Hari itu juga aku putuskan untuk datang bertanya ke Tam hendak bertanya tentang pertanyaan itu. Sesampainya di rumah Tam saya sampaikan kulo nuwun dan disambut anak perempuannya. Saya utarakan maksud saya. Sayang Tam tidak ada di rumah. saya berpesan saja ke anaknya supaya kalau Tam pulang sampaikan saya cari."
"Sore itu saya ketamuan. Yang datang adalah Tam. saya sampaikan."Sepurane ya dik, apakah tidak salah saya meminta sampean datang ke rumahku ? tanya saya pada Tam.
"Yo ndak salah Gus, sampean kan lebih tua. Lebih pantas saya datang ke sini dari pada sampean yang datang ke rumah" Jawab Tam.
"Sajane aku ada pertanyaan yang saya dapat dari wangsit. Dan dalam wangsit itu kayaknya hanya kamu yang dapat menjawabnya" Tanyaku.
"Apa pertanyaannya ? Kalau bisa saya akan menjawabnya "
"Apa yang dibawah orang hidup dan apa yang dibawah orang mati ?" tanyaku
"Hmmmmm....Berat Gus, nek sampean arep njaluk sing iki aku punya syarat." jawab Tam.
"Apa syaratmu ?" Tanyaku
"Syaratnya aku nek mati kepingin ragaku juga hilang dan tidak ketemu" Jawab Tam.
"Kalau syaratmu itu juga aku punya syarat ?" tegasku.
"Apa syaratnya Gus?" tanyanya.
"Syaratnya kalau kau berak jangan kencing. Kalau kamu kencing jangan berak. Sanggup kamu ?" Tanyaku
"Aku sanggup" tegas Tam
"Satu lagi Tam, Kalau kau mati dan Hilang nanti kamu akan membawa teman" tegasku
"Siapa Gus ?"
"Aku yo tidak tau"Jawabku
"Jadilah aku bertukar wangsit sama Tam. Dia memberitahukan jawabannya kepadaku dan aku memberikan permintaannya. dan Tam benar-benar musnah ditelan bumi tanpa ada yang tahu kemana dia pergi. diama dia mati. Ada kabar bahwa dia hanyut di sungai brantas dan ditemukan di daerah telocor. Tetapi itu juga tidak benar. Ada yang mengatakan ketemu di kluwe. ternyata tidak benar. Ada yang mengaku melihat Tam turun di sekitaran Alas Bali di Kuburan Glatik. Juga tidak benar. tam bener-bener sanggung menuhi keinginannya. Ada yang cerita saya bahwa dia pernah lihat Tam buang air di sungai perbatasan dateng-glatik. Katanya ketika dia berak tidak pakai kencing. Gumanku...Tam berhasil. Satu hal lagi dia memang hilang membawa teman. Temannya adalah batu pasak bumi yang ada di kuburan desanya juga musnah. tak jelas siapa yang mengambil. Padahal batu tersebut tidak sanggup diangkat orang sepuluh"
"Lantas apa jawabannya yai ?"tanyaku.
Lama aku tunggu jawabannya. Nampaknya ia enggan untuk menjawabnya. Saya tidak tahu alam pikirannya hingga ada yang yang nyeletuk menjawab.
"Orang hidup membawa akal. Orang mati membawa amal"
Wallaahu 'alam bis shawab.
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah meninggalkan komentar pada blog ini.