Ibu, mengapa engkau menutup telingamu? Apakah engkau sudah tak sudi mendengar tangisan bayi mungilmu. Ibu, mengapa engkau menutup matamu? Apakah engkau tak sudi melihat bayi mungilmu terlahir dari rahimmu. Ibu, mengapa engkau menutup mulutmu? Apakah engkau tak sudi memanggil bayi mungilmu. Telinga, mata, mulut dan hatimu telah tertutup dan berlari dari kenyataan ini. Engkau tak mau mengakui dan bertanggung jawab atas perbuataanmu ini. Rasa takut dan malu akan selalu menghantui hidupmu.Ibu, mengapa engkau juga menutup hatimu? Apakah engkau tak sudi mengakui bahwa aku ini bayi mungilmu. Ibu, sungguh kejam dan buas dirimu. Apa yang kau sebut bukti cinta ternyata racun! Engkau telah menghapus semua mimpi indahku. Engkau telah merengut kebahagiaanku. Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu Ada denyut lain tertulis di rahimmu.namun yang kaufikir,hanyalah bagaimana cara menghapusnya. Saat malam kembali berjuntai, jaring-jaring mautmu telah serupa algojo. Begitu buas! Kau hukum satu nafas suci. Sebelum denyut lain itu sempat membuka mata sebelum kau bubuhi makna terindah baginya. Kau jadikan rahimmu sebagai ruang eksekusi. Kejam…!!! Betapa kejamnya dirimu. Ibuku sayang, Aku di surga sekarang.. Aku sangat ingin menjadi anak perempuanmu. Aku tidak begitu mengerti apa yang telah terjadi. Aku begitu gembira ketika mulai menyadari keberadaanku. Aku berad di tempat yang gelap, namun nyaman. Aku dapat melihat jari-jari tangan dan kakiku. Aku sudah cukup lama di dalam sini, namun belum cukup siap untuk meninggalkan tempat ini. Aku menghabiskan sebagian besar waktuku dengan berpikir atau tidur. Bahkan sejak dulu aku telah merasakan ikatan khusus di antara kita. Kadang aku mendengarmu menangis dan aku pun menangis bersamamu. Kadang kau berteriak, kemudian menangis. Aku dengar ayah balas berteriak. Aku sedih, dan aku harap keadaanmu akan segera membaik. Aku ingin tahu mengapa kau begitu sering menangis. Suatu hari kau menangis nyaris sepanjang hari. Aku merasa sakit untukmu. Aku tak dapat membayangkan mengapa kau begitu sedih. Pada hari yang sama, hal yang paling mengerikan terjadi. Monster yang sangat kejam masuk ke dalam tempat yang hangat dan nyaman, tempatku berada. Aku sangat ketakutan, aku mulai berteriak, tapi kau tidak berusaha menolongku sekali pun. Mungkin kau memang tidak mendengar suaraku. Monster itu semakin mendekat sementara aku terus berteriak, "Ibu, Ibu, tolong aku! Ibu, tolong aku!" Aku merasakan kengerian yang sangat hebat. Aku terus berteriak sampai aku merasa tidak mampu lagi berteriak. Kemudian monster itu mulai merenggut lenganku hingga lepas. Sakit sekali, rasa sakit itu tidak akan bisa aku jelaskan. Dia tidak berhenti. Oh, betapa aku memohonnya agar berhenti. Aku berteriak ketakutan ketika ia merenggut kakiku. Aku sekarat. Aku tahu aku tidak akan pernah melihat wajahmu, atau mendengarmu mengatakan betapa kau menyayangiku. Aku ingin mengusir semua air matamu. Aku punya banyak rencana untuk membahagiakanmu. Kini aku tidak bisa mewujudkannya, seluruh mimpiku hancur sudah. Meski aku berada dalam kesakitan dan ketakutan, aku merasakan sakit di hatiku yang berada di atas segalanya. Hal yang paling kuinginkan adalah menjadi anak perempuanmu. Tidak ada gunanya sekarang, karena aku sekarat, menghadapi kematian dengan cara yang menyakitkan. Aku hanya bisa membayangkan hal-hal buruk yang telah mereka lakukan padamu. Aku ingin mengatakan padamu bahwa aku menyayangimu sebelum aku pergi, tapi aku tidak tahu kata-kata yang bisa kau menferti. Dan tidak lama lagi, aku tidak lagi punya napas untuk mengatakannya. Aku pergi. Aku merasakan diriku terbang. Aku dibawa oleh malaikat besar ke sebuah tempat yang luas dan cantik. Aku masih menangis, tapi rasa sakit di tubuhku telah hilang. Malaikat membawaku ke tempat yang sangat indah. Kemudian aku merasa bahagia. Aku bertanya padanya tentang apa yang telah membunuhku. Ia menjawab, "Aborsi. Aku bersedih untukmu, karena aku tahu bagaimana rasanya." Aku tidak tahu apa aborsi itu sebenarnya, aku mengira itu adalah nama sebuah monster. Aku menulis untuk mengatakan bahwa aku menyayangimu dan bahwa aku sangat ingin menjadi anak perempuanmu. Aku berusaha begitu keras untuk bertahan. Aku ingin hidup. Aku punya kemauan, tapi aku tidak mampu; monster itu terlalu kuat. Dia mengisap lengan dan kakiku hingga putus dan akhirnya mencengkeram seluruh tubuhku. Tidak mungkin aku bisa bertahan. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat ingin tinggal bersamamu. Aku tidak ingin pergi. Dan, Ibu, hati-hatilah terhadap monster aborsi itu. Ibu, aku sayang ibu dan aku sangat tidak ingin ibu menghadapi semua rasa sakit yang aku alami. Kumohon, berhati-hatilah. Dengan sayang, Bayi perempuanmu
Sumber : disini
|
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah meninggalkan komentar pada blog ini.