Langsung ke konten utama

Ketika Para Juru Dakwah Telah DipanggilNya, Kembali (Bag. 2)

Sontak kabar itu mengagetkan aku. demikian juga istri yang ada di dapur. Ada perasaan tak percaya, sedih, kehilangan menjadi satu. Kecamuk pikiran juga tak menentu. Pertanyaan - pertanyaan berputar di ubun - ubunku.
"Bagaimana nasib umat ini ?" gumanku dalam hati "Bagaimana warga Muhammadiyah ?" aku masih tak percaya. "Dimanakah kami bertanya dan mengaduh ?"
Secepat mungkin kugendong si kecil Haekal dan kumandikan di belakang menyusul Haedar. Kupakaikan pakaian bagi mereka berdua. Khusus Haedar kukenakan untuknya seragam olah raga TKnya, kebetulan Haedar sudah saya plot untuk sekolah di TK ABA 14 Watesnegoro depan Rumah Almarhun H. Hasan dikarenakan dalam waktu relatif singkat kami sekeluarga akan berpindah ke Glatik Watesnegoro.

sementera istri yang ada di belakang segera berbenah dan meninggalkan aktivitas rutin perdapuran. Secepatnya kami sekeluarga berangkat untuk bertakziyah ke rumah duka.
Dengan mengendarai motor secepatnya kami berangkat takziyah. Dari depan rumah 100m kami menyusuri Gg. Muhammadiyah yang sempit di desa Carat. masuk jalan besar kukendarai motor dengan kecepatan maksimal (80km/jam). Ramai lalu lalang kendaraan. Ada motor para karyawan pabrik NIP, PNS dan juga tak luput orang-orang yang pergi pulang ke pasar. Dumb Truck juga turut serta mewarnai kesemarawutan angkutan jalan.
Suasana hening. Isrtiku terdiam. Hanya Haedar saja yang berkali-kali bertanya menanyakan kabar H. Hasan.
"Mbah Kaji meninggal ta ya ....?" tanyanya.
Sesekali kujawab " ya...!" singkat saja. sebenarnya saya enggan menjawab pertanyaan itu. namun aku tidak ingin mematikan keberaniaannya untuk bertanya. kreativitasnya. Anak kecil, belum memahami makna kematian. Jiwanya polos, meskipun sesekali menghibur kami dengan kenakalannya yang sontak membuat kami marah.
Jalan Besar sudah kami lewati. kami masuk dusun Wates dan tidak melewati Gerbang Dateng. rencanaku motorku kuparkir di rumah orang tuaku yang memang ada di sisi timur Dateng sedang rumah H. Hasan ada di sisi Baratnya.
Sepi sekali jalanan kampung. hening dan memberikan kesan kesedihan. Kampung yang ditinggal tokoh besarnya. Panutan. (bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...