Langsung ke konten utama

Astaghfirullah, Aku Telah Membuat Isteriku Menangis


http://elsaelsi.files.wordpress.com/2011/04/menangis.jpgSatu ketika menjelang ulang tahun ketiga pernikahan kami, kuajak isteriku untuk mengevaluasi perjalanan cinta yang tengah kami rajut dalam bingkai perkawinan. Kami tidak punya masalah, semuanya berjalan baik-baik saja. Namun kami, terutama aku, sangat menyadari bahwa untuk menyatukan dua unsur yang berbeda ke dalam sebuah kesatuan membutuhkan usaha yang tak sedikit dari masing-masing pihak. Sebagian dari usaha itulah yang ingin kami wujudkan.
Untuk menyelami tiap-tiap pribadi yang datang dari latar belakang yang berbeda, kami menyepakati suatu cara. Masing-masing kami membuat sebuah daftar yang terdiri dari dua bagian : hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai dari pasangan. Tanpa saling mengetahui, kami harus mengisi daftar sendiri berdasarkan hal-hal yang ditemui dari keseharian. Semuanya akan kami lakukan sampai tanggal peringatan penikahan kami di tahun itu. Dimana kami akan mempertukarkan daftar yang telah dilengkapi. Dengan harapan akan membuat kami berubah menjadi diri yang lebih disukai dan memahami.
Namun ketika waktu yang ditunggu telah datang, isteriku tak menyelesaikan isian daftarnya. “Aku takut!” katanya waktu itu. Sementara aku telah menyiapkan sebuah amplop tertutup yang di dalamnya berisi daftarku sendiri. Tapi pertukaran itu memang tak pernah terjadi. Masih banyak cara lain yang akan membuat kami saling memahami, begitu isteriku mencoba berkilah.

Lima tahun berlalu dengan damai, kami telah melalui hidup berkeluarga sebagaimana orang lain menjalaninya. Perjalanan penuh cinta, sehingga melewati batas-batas pengungkapan berupa kata, pengejawantah dari keagungan makna yang bukan sekedar sebutan.  Semuanya mengalir  tanpa guncangan yang berarti, paling hanya sealun riak kecil setara hembusan angin mengguncangkan dedaunan di ujung ranting. Kekuatan yang justru sebagai penghadir satu simfoni baru menuju irama kehidupan yang lebih indah.
Sampai akhirnya kami terdampar di era jejaring dan media sosial. Sebuah zaman dimana yang jauh bisa menjadi dekat sementara yang dekat menjadi jauh, dimana tweet dan status jadi gumaman. Ketika itu isteriku mulai meragukan arti komitmenku, sebagaimana keraguannya akan ketulusan yang tak pernah terungkapkan. Sebab cintaku hanya memenuhi hati dan kesadaran bukannya berupa tebaran kata apalagi suara.
Upaya pembelaan dirilah yang membawaku ke perhentian terakhir lima tahun yang lalu, sebuah amplop putih tertutup rapat yang telah terpendam nyaris terlupakan di lemari arsipku kembali kuangkat ke permukaan. Sebagai bukti bagaimana seharusnya isteriku memahamiku. Amplop itu berisi daftarku, meskipun tanpa pertukaran aku akan menyerahkannya. Menyerahkan untuk dibuka oleh isteriku hari ini. Ada keraguan dan sedikit rasa takut dalam dirinya mengiringi, takut akan adanya hal-hal yang menyakitkan di dalam sana, sebab satu bagian dari daftar itu adalah hal-hal yang tak kusukai darinya!
Gemetar tangannya melakukan itu, sobekan sayap penutup amplop di bagian belakang telah memunculkan celah tempat keluarnya dua lembar kertas biasa yang kuisikan lima tahun yang lalu. Salah satunya sebuah daftar empat kolom dan tiga puluh lima baris dengan judul : Daftar Hal-hal yang Kusuka dan yang Tidak Kusuka dari Orang yang Sangat Kusayangi : E*******i ! Pada bagian ‘Yang Kusuka’, aku hanya menulis Keseluruhan Dirimu! dan pada bagian ‘Yang Tidak Kusuka’ kutuliskan Nihil.

Pada lembar yang lain tergurat seuntai bait : Setiap kali kutambahkan satu hal yang tidak kusuka darimu dalam daftarku, aku harus menghapus dua kebaikan yang kumiliki! Oleh sebab itu kusadari, kalau sesungguhnya tak ada yang tak kusuka darimu, karena di saat kita mencintai seseorang segalanya akan tampak baik dan kita akan menerima apa adanya!


Kulihat segumpal air bening mengalir dari kelopak matanya, berjatuhan berwujud tetesan, yang setiap tetesnya mengabarkan ribuan makna.
Sebentuk harap dari sudut terdalam lubuk hatiku, semoga apa yang dirasakan isteriku hari ini juga bisa engkau rasakan wahai wanita Indonesia, tatkala diposisikannya engkau di sisi rusuk orang tercinta, darimana awalnya engkau bermula.

Sumber : //elsaelsi.wordpress.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa...

PB13: Para Ulama Daulah Abbasiyah Yang Mendunia (BAGIAN 1)

Ilmu pengetahuan paling penting yang muncul dari aktivitas-aktivitas intelektual bangsa Arab dan umat Islam yang lahir karena motif keagamaan adalah teologi, hadits, fiqih, filologi, dan linguistik. Pengembangan ilmu agama pada masa Daulah Abbasiyah juga dikuti munculnya para ulama yang mumpuni dan produktif banyak menghasilkan karya ilmiah. 1.         Ulama Hadits (Muhadditsin) Para ulama yang mengembangkan ilmu hadits pada zaman Daulah Abbasiyah sangat banyak, yang paling menonjol diantara mereka ada enam. Mereka merupakan pakar hadits yang telah melakukan seleksi ketat terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. tujuan dari penyelesian tersebut adalah untuk mengetahui sumber hukum yang benar. Karya-karya dari enam ulama hadits itu disebut dengan Kutubussittah. Para ulama hadits tersebut adalah : a.         Imam Bukhori (194-256 H/810-870 M) Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqi...

PB 14 : NILAI-NILAI ISLAM DAN KEARIFAN LOKAL DARI BERBAGAI SUKU DI INDONESIA (BAGIAN 1)

  Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang berisi aturan dan tata nilai untuk segala manusia yang masih hidup di alam dunia agar terhindar dari kesesatan. Dengan menerapkan ajaran Islam, manusia dapat mencapai kedamaian, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan, aman, sentosa, bahagia, serta meraih kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat kelak. Hal tersebut disebabkan manusia mengemban amanah dari Allah Swt. sebagai Abdillah, Imaratul fil ‘Ardhi, dan Khalifatullah. Manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa harus patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Manusia juga berperan sebagai pemimpin di dunia yang kelak ditanyakan tentang kepemimpinannya, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, ataupun sebagai pemimpin umat. Manusia di dunia ini berperan sebagai “pengganti Allah” dalam arti diberi otoritas atau kewenangan oleh Allah kemampuan untuk mengelola dan memakmurkan alam ini sesuai dengan ketentuan Allah dan untuk mencari ridha-Nya. Dari ketiga fun...