Satu
ketika menjelang ulang tahun ketiga pernikahan kami, kuajak isteriku
untuk mengevaluasi perjalanan cinta yang tengah kami rajut dalam bingkai
perkawinan. Kami tidak punya masalah, semuanya berjalan baik-baik saja.
Namun kami, terutama aku, sangat menyadari bahwa untuk menyatukan dua
unsur yang berbeda ke dalam sebuah kesatuan membutuhkan usaha yang tak
sedikit dari masing-masing pihak. Sebagian dari usaha itulah yang ingin
kami wujudkan.
Untuk
menyelami tiap-tiap pribadi yang datang dari latar belakang yang
berbeda, kami menyepakati suatu cara. Masing-masing kami membuat sebuah
daftar yang terdiri dari dua bagian : hal-hal yang disukai dan yang
tidak disukai dari pasangan. Tanpa saling mengetahui, kami harus mengisi
daftar sendiri berdasarkan hal-hal yang ditemui dari keseharian.
Semuanya akan kami lakukan sampai tanggal peringatan penikahan kami di
tahun itu. Dimana kami akan mempertukarkan daftar yang telah dilengkapi.
Dengan harapan akan membuat kami berubah menjadi diri yang lebih
disukai dan memahami.
Namun
ketika waktu yang ditunggu telah datang, isteriku tak menyelesaikan
isian daftarnya. “Aku takut!” katanya waktu itu. Sementara aku telah
menyiapkan sebuah amplop tertutup yang di dalamnya berisi daftarku
sendiri. Tapi pertukaran itu memang tak pernah terjadi. Masih banyak
cara lain yang akan membuat kami saling memahami, begitu isteriku
mencoba berkilah.
Lima
tahun berlalu dengan damai, kami telah melalui hidup berkeluarga
sebagaimana orang lain menjalaninya. Perjalanan penuh cinta, sehingga
melewati batas-batas pengungkapan berupa kata, pengejawantah dari
keagungan makna yang bukan sekedar sebutan. Semuanya mengalir tanpa
guncangan yang berarti, paling hanya sealun riak kecil setara hembusan
angin mengguncangkan dedaunan di ujung ranting. Kekuatan yang justru
sebagai penghadir satu simfoni baru menuju irama kehidupan yang lebih
indah.
Sampai
akhirnya kami terdampar di era jejaring dan media sosial. Sebuah zaman
dimana yang jauh bisa menjadi dekat sementara yang dekat menjadi jauh,
dimana tweet dan status jadi gumaman. Ketika itu isteriku mulai
meragukan arti komitmenku, sebagaimana keraguannya akan ketulusan yang
tak pernah terungkapkan. Sebab cintaku hanya memenuhi hati dan kesadaran
bukannya berupa tebaran kata apalagi suara.
Upaya
pembelaan dirilah yang membawaku ke perhentian terakhir lima tahun yang
lalu, sebuah amplop putih tertutup rapat yang telah terpendam nyaris
terlupakan di lemari arsipku kembali kuangkat ke permukaan. Sebagai
bukti bagaimana seharusnya isteriku memahamiku. Amplop itu berisi
daftarku, meskipun tanpa pertukaran aku akan menyerahkannya. Menyerahkan
untuk dibuka oleh isteriku hari ini. Ada keraguan dan sedikit rasa
takut dalam dirinya mengiringi, takut akan adanya hal-hal yang
menyakitkan di dalam sana, sebab satu bagian dari daftar itu adalah
hal-hal yang tak kusukai darinya!
Gemetar
tangannya melakukan itu, sobekan sayap penutup amplop di bagian
belakang telah memunculkan celah tempat keluarnya dua lembar kertas
biasa yang kuisikan lima tahun yang lalu. Salah satunya sebuah daftar
empat kolom dan tiga puluh lima baris dengan judul : Daftar Hal-hal yang Kusuka dan yang Tidak Kusuka dari Orang yang Sangat Kusayangi : E*******i ! Pada bagian ‘Yang Kusuka’, aku hanya menulis Keseluruhan Dirimu! dan pada bagian ‘Yang Tidak Kusuka’ kutuliskan Nihil.
Pada lembar yang lain tergurat seuntai bait : Setiap
kali kutambahkan satu hal yang tidak kusuka darimu dalam daftarku, aku
harus menghapus dua kebaikan yang kumiliki! Oleh sebab itu kusadari,
kalau sesungguhnya tak ada yang tak kusuka darimu, karena di saat kita
mencintai seseorang segalanya akan tampak baik dan kita akan menerima
apa adanya!
Kulihat
segumpal air bening mengalir dari kelopak matanya, berjatuhan berwujud
tetesan, yang setiap tetesnya mengabarkan ribuan makna.
Sebentuk
harap dari sudut terdalam lubuk hatiku, semoga apa yang dirasakan
isteriku hari ini juga bisa engkau rasakan wahai wanita Indonesia,
tatkala diposisikannya engkau di sisi rusuk orang tercinta, darimana
awalnya engkau bermula.
Sumber : //elsaelsi.wordpress.com/
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah meninggalkan komentar pada blog ini.