Langsung ke konten utama

Telaga Sarangan, Beda Dulu dan Sekarang

Telaga Sarangan, Magetan adalah salah satu destinasi pariwisata unggulan Jawa Timur. Telaga Sarangan yang merupakan jenis wisata alam terletak di lereng Gunung Lawu. Hawa dingin dan eksotisnya pemandangan memberikan tawaran menarik bari pecinta traveling, termasuk di dalamnya saya.
Pertama kali saya menginjakkan kaki di Telga Sarangan adalah semasa saya masih SLTA dulu. Saya adalah anak STM, ketika kelas II ditunjuk sebagai anggota Paskibra tingkat kecamatan dalam event HUT RI ke 50. Sebauah pengalaman berharga bagi saya kala itu, termasuk pula ketika diajak untuk berlibur ke Telaga Sarangan pasca agenda pengibaran dan penurunan usai. 
Kala itu perjalanan ke telaga sarangan dapat ditempu dalam tempo 6-7 jam saja. Beberapa jam kami berwisata ke sana. Mulai menikmati pemandangan telaga yang asyik, berjalan-jalan mengitari telaga sampai merasakan kuliner khasnya yaitu sate Kelinci.
Kesempatan kedua, saya dapatkan kala saya mengikuti acara Musyawarah Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur. Kala itu diselenggarakan di salah satu hotel yang ada di Sarangan. Saya lupa nama hotelnya. Yang jelas, suasananya sejuk dingin empuk. Saat itu yang terpilih sebagai ketu Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur adalah Muhammad Mirdasy. Pada kesempatan ini saya juga masih dapat menikmati perjalanan. Menikmati keindahan Saranga, berjalan-jalan sampai makan pecel khas Magetan.
Kesempatan ketiga adalah ketika saya menjadi guru di SD Muhammadiyah 1 Gempol. Kala itu saya masih perjaka. Belum ada beban sebagai keluarga.Mau rekreasi kemanapun belum ada yang memberatkan hati.
Perjalanan keempat, aadlah beberapa hari kemarin. Sabtu, 28 Januari 2017 bertepatan dengan imlek. Kami berangkat bersama rombongan Guru PAI kecamatan Gempol. Banyak peserta rombongan yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Perjalanan lumayan berat, macet luar biasa di Nganjuk karena ada pembangunan Double track Kereta api yang melintang di are hutan Caruban dan Saradan. Belum lagi, jalanan rusak yang luar biasa. wal hasil, kami sampai jam setengah 5 sore hari. Sesaat saja kami di sana. Waktu Isya' kami langsung pulang balik.
Ada beberapa catatan yang perlu saya sampaikan. Pertama, ternyata pada saat ini, perlu waktu yang lebih banyak untuk sampai ke suatu tempat. Hal ini disebabkan sudah banyaknya kendaraan yang ada tetapi tidak diimbangi dengan penambahan akses jalan raya. Kedua, Wajah Telaga Sarangan tidak sepertti dulu lagi. Akses masuk Telaga sudah dipenuhi dengan kios-kios PKL, termasuk jugajalan  tepian telaga yang disisakan kurang dari 5 meter saja. Sepenuhnya kios-kios PKL. Bahkan area bermain anak-anak juga tertutup kios-kios tersebut. Belum lagi banyaknya hotel-hotel dan losmen yang sudah menggusur pepohonan yang ada
Untuk akses jalanan masuk tempat Wisata perlu diacungi jempol. Bagus dan mulus, meskipun jujur ketika kita nanjak ke sana memicu adrenalin yang luar biasa. Terobosan jalan tembus Tawangmangu-Sarangan adalah contoh yang luar biasa.
Saran saya.PKL tetep harus ada tapi ditata yang bagus sehingga wajag indah Sarangan nampak kembali. Khusus hotel dan losmen tidak usah ditambah lagi kuantitasnya. dan yang penting jangan menyediakan akses maksiat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI Kelas 9 PB 1 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Gresik-Sunan Giri)

A. Pengantar Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah.  Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara. Adapun nama-nama Wali Songo sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati B. Buka Cakrawalamu Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa

SKI Kelas 8 PB 11 : B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah (Bagian 3)

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)   Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.  5. Abu Abdullah Al Quda’I, Ahli Ilmu Fiqih  Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir). 6. Para ilmuan muslim lainnya seperti : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat anNabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa

Mitos Sabdo Palon dan Noyo Genggong : Ini Jawabannya !

Telah banyak bersliweran kabar, informasi, cerita legenda dan hikayat tentang keberadaan abdi dalem Kraton MAJAPAHIT (WILWATIKTA) yang bernama SABDO PALON dan NAYA GENGGONG. Dari yang bersifat sangat halus hingga yang berisi SUMPAH SERAPAH yang bersangkutan di era runtuhnya MAJAPAHIT. Belum lagi terbitnya saduran buku-buku baik berupa ajaran atau ramalan yang mengatas namakan dua abdi ini, tetapi semuanya tidak dapat menunjukkan rujukan asli dari sumber ceritanya. Mengingat seringnya timbul pertanyaan mengenai hal ini di group dan forum WILWATIKTA (MAJAPAHIT), maka saya berinisiatif untuk menjelaskannya secara tertulis seperti ini agar bila pertanyaan yang sama muncul, rekan-rekan dapat mereferensi jawabannya dari catatan ini. Hal ini didasarkan pada pengalaman pribadi saya, baik ketika menerima ajaran adat maupun ketika saya berkunjung ke beberapa lokasi peninggalan WILWATIKTA / MAJAPAHIT (di Jawa Timur dan Jawa Tengah). Sesungguhnya penokohan abdi dalem y

SKI Kelas 8 PB 9 :B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah

1. As-Suhrawardi al-Maqtul (Ilmuan Teosofis)  Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki banyak gelar diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul.  Suhrawardi melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke Maragha, di kawasan Azerbaijan. Di kota ini, Suhrawardi belajar filsafat, hukum dan teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Juga memperdalam filsafat kepada Fakhr alDin al-Mardini. Selanjutnya ke Isfahan, Iran Tengah dan belajar logika kepada Zahir Al-Din Al-Qari. Juga mempelajari logika dari buku al-Basa’ir al-Nasiriyyah karya Umar ibn Sahlan Al-Sawi. Dari Isfahan dilanjutkan ke Anatolia Tenggara dan diterima dengan baik oleh pangeran Bani Saljuq. Setelah itu pengembaraan Suhrawardi berlanjut ke Persia, pusat lahirnya tokoh-tokoh su