Langsung ke konten utama

Mencari Jalur Alternatif : Menghindari Macet di Kejapanan Gempol Pasuruan (Bagian 1)

Macet, adalah kata-kata yang sanagat tidak enak didengar apalagi dialami. Macet akan membuat kita bete.  Macet membuat kita naik tensi darah, apalagi suara klakson saut menyaut antarmobil dan motor. Macet akan membuat konsumsi bahan bakar meningkat. Macet juga akan memakan banyak waktu. Solusinya, kita musti cari jalur alternatif yang dapat mempercepat perjalanan dan tentunya nyaman (kata terakhir jangan dihiraukan). Berikut ini dan beberapa hari ke depan saya akan membahas jalur alternatif yang dapat kita lalaui agar terhindar dari kemacetan di Kejapanan Gempol Pasuruan.

Macetnya Kejapanan
Kejapanan macet, ah sudah biasa. Itu ungkapan untuk saat ini. dahulu kala tidak demikian. Kejapanan macet hanya dirasakan tidak sampai sepuluh tahun terakhir ini. Jaman saya sekolah dan kuliah dulu tidak ada istilah Kejapanan mact. istilah itu muncul ketika meluapnya lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo dan tenggelamnya kases jalan tol yang menghubungkan Surabaya-Gempol. Mau tidak mau jalanan yang semua lengang karena truk-truk besar, bis dan mobil pribadi masuk tol semuanya sekarang lewat jalanan umum bergabung dengan kendaraan umum lainnya. Volume miningkat berlipat-lipat, sedang akses jalan tetap. Kemacetanpun melanda.
Awalnya kemacetan banyak tertumpuk di Porong dan Gempol. Saat itu memang jalur arteri lingkar barat yang menghubungkan Waru Gempol-dengan Jalan Tol Siring belum ada. Setelah adanya jalur tersebut kemacetan di Gempol memang hilang demikian juga di Porong.
Tetapi jangan gembira dulu, ternyata kemacetan itu oleh pak polisi di pindah ke Kejapanan. Ada beberapa sebab kenapa kemacetan di Kejapanan menjadi-jadi.
Girder baru, efeknya anda harus muter lagi 2 km
Pertama, Pertigaan Kejapanan ditutup. Semua akses jalan tidak diperkenankan melewati pertigaan tersebut. Baik yang dari Mojokerto ke Malang dan juga dari Surabaya ke Mojokerto. Konsekwensinya mobil atau motor yang dari Surabaya ke Mojokerto harus memutar ke bundaran Apollo (saat ini putaran dalam radius terdekat, misal di Kuburan Mlaten telah ditutup). Jika dirinci, Kejapanan - Apollo kurang lebih 2 km. Jadi pulang pergi tersebut adalah 4km. Bayangkan. 
Demikian juga yang dari Mojoketo-Malang, harus memutar ke utara. Dulu memang kita bisa memutar di Puskesmas Bandulan atau Pom Bensin. Setelah pembangunan jalur arteri, putarnya makin jaih yaitu di bundaran Waru - Gempol (bukan Waru CITO). Kalau dihitung sama juga 4 km putar. Namun seiring pemasangan girder di Jembatan layang bundaran tersebut putarnya digeser lagi ke barat. Kalau dulu di timur  Jembatan Sungai Porong, sekarang tidak boleh. BBagi yang mau ke Malang, muternya harus ke Porong dengan jarak tempuh hampir 2 km(1,8 km). Bayangkan lagi hanya untuk muter saja perlu jarak tempuh 8 km. Ini juga tidak menjamin perjalanan anda akan lancar, karena banyak faktor lain yang mendukung kemacetan.

Kedua, Penyempitan jalan di Kejapanan sendiri. Penyempitan jalan di Kejapanan disebabkan hal-hal berikut : jadi pangkalan becak dan juga memang jalannya sudah sempit. Pak becaknya jangan di salahkan, wong sana itu tempat strategis untuk cari penumpang.
Ketiga, Adanya putaran motor di beberapa titik. Jelas ini membuat macet juga. Apalagi ada polisi cepeknya. Sekarang istilahnya jadi keren. SUPELTAS = Sukareklawan Pembantu Lalu Lintas. tetapi kenapa kok membawa  timbah untuk meminta recehan seadanya.
Keempat, Jalanannya memang sudah sempit. Solusinya memang pelebaran jalan atau buat jalan baru
Kelima, Ada kendaraan mogok. Kalau ini yang terjadi siap-siap saja macet panjang.
Keenam, Yang punya jalan lewat. Terutama RI satu. Pernah jalanan ditutup lebih dari 2 jam. Mbok dipikir po'o....yang nyambut gae kate mlaku ta cak.

Bersambung



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI Kelas 9 PB 1 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Gresik-Sunan Giri)

A. Pengantar Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah.  Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara. Adapun nama-nama Wali Songo sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati B. Buka Cakrawalamu Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa

SKI Kelas 8 PB 11 : B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah (Bagian 3)

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)   Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.  5. Abu Abdullah Al Quda’I, Ahli Ilmu Fiqih  Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir). 6. Para ilmuan muslim lainnya seperti : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat anNabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa

SKI Kelas 8 PB 9 :B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah

1. As-Suhrawardi al-Maqtul (Ilmuan Teosofis)  Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki banyak gelar diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul.  Suhrawardi melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke Maragha, di kawasan Azerbaijan. Di kota ini, Suhrawardi belajar filsafat, hukum dan teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Juga memperdalam filsafat kepada Fakhr alDin al-Mardini. Selanjutnya ke Isfahan, Iran Tengah dan belajar logika kepada Zahir Al-Din Al-Qari. Juga mempelajari logika dari buku al-Basa’ir al-Nasiriyyah karya Umar ibn Sahlan Al-Sawi. Dari Isfahan dilanjutkan ke Anatolia Tenggara dan diterima dengan baik oleh pangeran Bani Saljuq. Setelah itu pengembaraan Suhrawardi berlanjut ke Persia, pusat lahirnya tokoh-tokoh su

SKI Kelas 9 PB 5 : 3.6 Menganalisis biografi tokoh penyebar Islam di berbagai wilayah Indonesia - Syaikh Abdur Rauf as-Singkili & Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari

1. Syaikh Abdur Rauf as-Singkili  Nama aslinya adalah Abdur Rauf al-Fansuri yang lahir di kota Singkil. Beliau adalah orang pertama kali yang mengembangkan Tarekat Syattariyah di Indonesia.  Sekitar tahun 1640, beliau berangkat ke tanah Arab untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Abdur Rauf as-Singkili pernah bermukim di Makkah dan Madinah. Ia mempelajari Tarekat Syattariyah dari gurunya yang bernama Ahmad Qusasi dan Ibrahim al-Qur’ani. Kemudian, Abdur Rauf as-Singkili pernah menjadi Mufti Kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Sultanah Safiatuddin Tajul Alam.  Abdur Rauf as-Singkili memiliki sekitar 21 karya dalam bentuk kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh, dan tasawuf. Beberpa karyanya antara lain sebagai berikut.  Kitab Tafsir yang berjudul Turjuman al Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah), yakni merupakan kitab tafsir pertama yang dihasilkan di Indonesia.  Umdat al Muhtajin, yaitu karya terpenting yang ditulis oleh Abdur Rauf asSingkili. Buku ini terdiri dari 7 bab yang memuat tentang dzik