Langsung ke konten utama

Berwisata Pantai Bajul Mati dan Gua Cina (bagian 1)

Hari Sabtu, tanggal 13 Oktober 2013, saya beserta keluarga mendapat ajakan dari tetangga untuk pergi tamasya ke Malang. Saat itu ada tiga tujuan yang akan kami kunjungi. Pertama Pantai Bajul Mati, Gua Cina dan juga Pantai Sendang Biru. Ketiganya terletak berdekatan. Karenanya semuanya bisa kita agendakan dalam satu kunjungan saja. kami berangkat dengan dua mobil Avansa. Perjalanan dimulai pukul 10 malam. Molor satu jam dari agenda yang telah kami sepakati yaitu pukul 9 malam. Bekal yang kami siapkan antara lain baju ganti, bantal untuk tidur anak-anak, makanan dan cemilan, makanan untuk pagi hari dan tentu juga obat- obatan. Saat itu bayi saya yang paling kecil memang dalam keadaan sakit mencret. Karenanya kami juga sedkit was-was apakah ikut berangkat atau tidak. Pikiran berkecamuk antara ikut atau di rumah saja mengingat kondisi anak saya. Akhirnya kami beli pampres, meskipun anak saya sudah enggan memakainya sedari kecil. Buat jaga-jaga kalau di perjalanan dia mengalami gangguan pencernakan.
Perjalanan secara umum lancar sampai dengan Malang Kota. Sekeluar dari Malang Kota kita terus ke selatan. Sopir dan rombongan sempat bingung arah ketika sudah sampai pabrik gula Kebonagung. Di sana kami tanya-tanya orang yang cangkrukan di warung kopi. Atas petunjuk dari mereka tahulah kami bahwa kami salah jalan dan harus putra balik beberapa ratus meter. Dari pertigaan Pabrik Gula tersebut harusnya kita belok kiri ke arah Turen. Jika Lurus bisa saja, namun kita akan sedikit jauh melingkar. Sebelum Kepanjen belok kiri.
Kami putuskan balik saja dan meluncur arah Turen. Sampai Turen saya sudah terlelap. Maklum ngantuk berat. Saya terjaga sambil emangku anak-anak yang sudah tidur. Tauh-tahu jalanan sudah menanjak. KIta masuk wilayah hutan yang cukup sepi. Jarang kami jumpai rumah penduduk. Jurang kiri jalan dan kanan jalan bukit dan pegunungan. KOta malang dari petunjuk jalan yang saya baca sudah sekitar 60 km kami lalui. papan petunjuk juga menginfokan bahwa sendang biru tinggal 25 km lagi. Perjalanan masih jauh. Sopir kami imbau pelan-pelan saja karena jalanan berkelok. Kami mengantisipasi kemungkinan buruk. Lebih baik terlambat dari pada tidak selamat.
Sekitar satu jam perjalanan kami hampir sampai lokasi tujuan. Ada pertigaan berisi petunjuk arah bahwa pantai bajul mati dan gua cina tinggal 5 km saja. Arahnya belok kanan. Jika lurus kita akan ke sendang biru. Kami putuskan ke Bajul Mati dulu dan nanti disambung ke Gua Cina yang memang berdekatan tak sampai 1 km. Jalanan ke Bajul mati relatif mulus. kayaknya ada pekerjaan membangun jalan di sana, saya bisa tebak karena banyak alat berat di kanan kiri jalan. sekitar 50 meter jalan masuknya berubah. cuma jalan tanah yang kurang mulus namun tidak sampai mengganggu perjalanan. Sampailah kita di Bajul mati.  Pilihan pertama adalah bajul mati, mengingat di sana area restnya lebih memadai. Ada masjid yang cukup besar, toilet dan kamar mandi yang mencukupi dan tentunya warung- warung yang menjual kebutuhan kita.
Kami sampai pukul setengah 3 dini hari. Aroma laut langsung tercium. Hawa dingin sedikit panas menerpa wajah. Suara deburan ombak yang besar dapat kami dengar dengan jelas. Namun untuk melihatnya kami kesulitan mengingat penerangan di pantai ini sangat minim. Listrik hanya ada di pemilik warung dan masjid. Sedangkan area pantai tidak ada. hanya ada nyalah api unggun di sana. Pikiran saya mungkin ada orang yang sedang berkemah dan menyalakan api. Saya merabah rabah dalam angan saja. Kira-kira seperti apa bentuk keelokan pantainya. Masih terlalu dini hari. Anak-anak saya biarjkan tidur saja, sementara saya keluar untuk minum kopi di warung sana. Warungnya cukup sepi. Hanya beberapa orang yang berjaga disamping pemilik warung. Mereka umumnya minum kopi dan makan mie. Kulihat disini cukup canggih, Warung sudah dilengkapi TV berlangganan. Tidak ada tivi lokal. Kenapa ? ternyata memang sinyal TV tidak masuk ke sini. Maklum jauh dari perdaban. Demikian juga sinyal HP. dua kartu simku tidak dapat menangkap sinyal sama sekali. Biarlah,....
Subuh menjelang. Adzan subuh sudah berkumandang. Suaranya cukup serak. Kayaknya orang tua yang adzamn. Maklum saja, saat ini memang generasi muda tidak ada lagi yang tidur di masjid. Beda dengan jaman dulu. Kuputuskan sholat dulu, bergantian dengan isteri. Anak sulungku Haedar kubangunkan untuk sholat. Bagaimanapun keadaannya dia harus sudah mulai belajar sholat. Dia sudah mau menginjak 7 tahun. Ada kewajiban kami mengajarinya. Dia investasi kami kelak. Kalau tidak sekarang kapan lagi.
Sholat usai, kami kembali ke mobil. Anak-anak saya bangunkan. "Ayo kita ke pantai " ajakku. Semua bangun. Di Timur temaram fajar sudah mulai membias kemerahan kurang dari 15 menit lagi pasti jalanan akan jelas terlihjat dan pantai yang kami tujuh pasti menyajikan keindahannya.
Berlarianlah anak-anak kesana, kecuali yang nomor dua. Dia takut ada buaya. Karena namanya pantai bajul mati yang dalam bahasa Indonesia berarti pantai Buaya Mati. Saya bilang "Jangan takut, kan buayanya sudah mati. hehehehe....."
Dan inilah pantai bajul mati itu....













Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI Kelas 9 PB 1 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Gresik-Sunan Giri)

A. Pengantar Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah.  Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara. Adapun nama-nama Wali Songo sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati B. Buka Cakrawalamu Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul

SKI Kelas 8 PB 11 : B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah (Bagian 3)

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)   Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.  5. Abu Abdullah Al Quda’I, Ahli Ilmu Fiqih  Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir). 6. Para ilmuan muslim lainnya seperti : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat anNabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa

SKI Kelas 9 PB 5 : 3.6 Menganalisis biografi tokoh penyebar Islam di berbagai wilayah Indonesia - Syaikh Abdur Rauf as-Singkili & Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari

1. Syaikh Abdur Rauf as-Singkili  Nama aslinya adalah Abdur Rauf al-Fansuri yang lahir di kota Singkil. Beliau adalah orang pertama kali yang mengembangkan Tarekat Syattariyah di Indonesia.  Sekitar tahun 1640, beliau berangkat ke tanah Arab untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Abdur Rauf as-Singkili pernah bermukim di Makkah dan Madinah. Ia mempelajari Tarekat Syattariyah dari gurunya yang bernama Ahmad Qusasi dan Ibrahim al-Qur’ani. Kemudian, Abdur Rauf as-Singkili pernah menjadi Mufti Kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Sultanah Safiatuddin Tajul Alam.  Abdur Rauf as-Singkili memiliki sekitar 21 karya dalam bentuk kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh, dan tasawuf. Beberpa karyanya antara lain sebagai berikut.  Kitab Tafsir yang berjudul Turjuman al Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah), yakni merupakan kitab tafsir pertama yang dihasilkan di Indonesia.  Umdat al Muhtajin, yaitu karya terpenting yang ditulis oleh Abdur Rauf asSingkili. Buku ini terdiri dari 7 bab yang memuat tentang dzik

Mitos Sabdo Palon dan Noyo Genggong : Ini Jawabannya !

Telah banyak bersliweran kabar, informasi, cerita legenda dan hikayat tentang keberadaan abdi dalem Kraton MAJAPAHIT (WILWATIKTA) yang bernama SABDO PALON dan NAYA GENGGONG. Dari yang bersifat sangat halus hingga yang berisi SUMPAH SERAPAH yang bersangkutan di era runtuhnya MAJAPAHIT. Belum lagi terbitnya saduran buku-buku baik berupa ajaran atau ramalan yang mengatas namakan dua abdi ini, tetapi semuanya tidak dapat menunjukkan rujukan asli dari sumber ceritanya. Mengingat seringnya timbul pertanyaan mengenai hal ini di group dan forum WILWATIKTA (MAJAPAHIT), maka saya berinisiatif untuk menjelaskannya secara tertulis seperti ini agar bila pertanyaan yang sama muncul, rekan-rekan dapat mereferensi jawabannya dari catatan ini. Hal ini didasarkan pada pengalaman pribadi saya, baik ketika menerima ajaran adat maupun ketika saya berkunjung ke beberapa lokasi peninggalan WILWATIKTA / MAJAPAHIT (di Jawa Timur dan Jawa Tengah). Sesungguhnya penokohan abdi dalem y

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa