Langsung ke konten utama

Menjadi Mandiri dengan Sangkar Burung

Sebagian orang memilih hidup menjadi pegawai. Baik Pegawai Negeri, Pegawai kantoran ataupun pegawai pabrik. Menjadi pegawai adalah langka aman dalam hidup. Pendapatan yang didapatkan sudah pasti. Baik harian, mingguan, bahkan bulanan. Menjadi pegawai juga mendapatkan garansi lain semacam pensiun atau kesehatan.Meskipun demikian status pegawai tidak selamanya mengenakkan. Meskipun mendapat kepastian, menjadi pegawai tidak menjamin peningkatan signifikan dalam penghasilan. Ada sisi lain yang pasti, yang juga tidak mengenakkan yaitu selalu diperintah oleh atasan, kerja selalu diawasi. Nah, bagian inilah yang tidak semua orang tidak siap.
Namun tidak semua orang memiliki keinginan dan kemauan untuk menjadi pegawai. Demikian pula tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menjadi pegawai. Ada orang yang sudah keluar masuk perusahaan membawa surat lamaran, namun pekerjaan yang diharapkan tak kunjung datang. Akhirnya bukan pekerjaan yang didapatkan tetapi status pengangguran yang disematkan. Dari sinilah dibutuhkan kreativitas bagi seseorang agar tidak terjebak dalam aangka aman dengan mengahrapkan hidup menjadi pegawai.
Adalah Slamet Evendi atau Cak Bethel yang memilih jalan hidup lain tidak dengan berharap menjadi seorang pegawai. Dia lebih senang hidup mandiri dengan sedikit kreativitas, keahlian dan kemauan. Akhirnya dia bisa mengembangkan usaha sendiri berupa kerajinan sangkar burung.
Berbekal alat sederhana Cak Bethel mengolah bahan-bahan kayu dan bambu menjadi sangkar burung yang berkualitas tinggi. Beberapa sangkar burung dapat ia selesaikan. Banjir pesanan pun datang silih berganti walaupun dia tidak pernah mengiklankan produknya. Pelanggan-pelanggan Cak Bethel bersal dari berbagai daerah. Ada yang berasal dari Pandaan, Gempol, Porong, Sidoarjo, Mojosari dan sekitarnya. Semua pelanggannya adalah orang-orang yang mendapat informasi dari mulut ke mulut dari pelanggan sebelumnya yang memberikan info tempat beli sangkar tersebut.
Dalam bekerja Cak Bethel dibantu oleh salah satu rekannya yang bernama Ghofir alias Bemo. Dalam sehari belum tentu  dapat menyelesaikan satu kurungan. hal ini disebabkan mood yang ada. Jika sedang mood, maka pekerjaannya menjadi lancar. Jika tidak maka pekerjaannya menjadi lamban, bahkan tidak jadi.
Kurungan atau sangkar burung yang dihasilkan oleh Cak Bethel bervariasi. Ada yang kecil ada yang besar. Semua ukuran berpengaruh terhadap harga jual sangkarnya. Sebuah sangkar dengan ukuran panjang lebar 40 cm dan tinggi 60 cm dibanderal dengan harga 125. Tentu harga yang sesuai mengingat tingkat kesulitan yang didapatkan.
Selain itu sangkar burung garapannya juga tersedia dengan berbagai macam bahan kayu. Ada yang berasal dari kayu mahoni, jati, akasia, kayu meranti, dan kayu lain sesuai dengan pesanan.
Jika anda berminat silakan datang saja langsung ke rumah Cak Bethel di dusun dateng RT 03/07 Watesnegoro Ngoro Mojokerto. Jika kesulitan aksesnya bisa dilihat disini


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI Kelas 9 PB 1 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Gresik-Sunan Giri)

A. Pengantar Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah.  Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara. Adapun nama-nama Wali Songo sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati B. Buka Cakrawalamu Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa

SKI Kelas 8 PB 11 : B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah (Bagian 3)

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)   Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.  5. Abu Abdullah Al Quda’I, Ahli Ilmu Fiqih  Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir). 6. Para ilmuan muslim lainnya seperti : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat anNabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa

Mitos Sabdo Palon dan Noyo Genggong : Ini Jawabannya !

Telah banyak bersliweran kabar, informasi, cerita legenda dan hikayat tentang keberadaan abdi dalem Kraton MAJAPAHIT (WILWATIKTA) yang bernama SABDO PALON dan NAYA GENGGONG. Dari yang bersifat sangat halus hingga yang berisi SUMPAH SERAPAH yang bersangkutan di era runtuhnya MAJAPAHIT. Belum lagi terbitnya saduran buku-buku baik berupa ajaran atau ramalan yang mengatas namakan dua abdi ini, tetapi semuanya tidak dapat menunjukkan rujukan asli dari sumber ceritanya. Mengingat seringnya timbul pertanyaan mengenai hal ini di group dan forum WILWATIKTA (MAJAPAHIT), maka saya berinisiatif untuk menjelaskannya secara tertulis seperti ini agar bila pertanyaan yang sama muncul, rekan-rekan dapat mereferensi jawabannya dari catatan ini. Hal ini didasarkan pada pengalaman pribadi saya, baik ketika menerima ajaran adat maupun ketika saya berkunjung ke beberapa lokasi peninggalan WILWATIKTA / MAJAPAHIT (di Jawa Timur dan Jawa Tengah). Sesungguhnya penokohan abdi dalem y

SKI Kelas 8 PB 9 :B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah

1. As-Suhrawardi al-Maqtul (Ilmuan Teosofis)  Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki banyak gelar diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul.  Suhrawardi melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke Maragha, di kawasan Azerbaijan. Di kota ini, Suhrawardi belajar filsafat, hukum dan teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Juga memperdalam filsafat kepada Fakhr alDin al-Mardini. Selanjutnya ke Isfahan, Iran Tengah dan belajar logika kepada Zahir Al-Din Al-Qari. Juga mempelajari logika dari buku al-Basa’ir al-Nasiriyyah karya Umar ibn Sahlan Al-Sawi. Dari Isfahan dilanjutkan ke Anatolia Tenggara dan diterima dengan baik oleh pangeran Bani Saljuq. Setelah itu pengembaraan Suhrawardi berlanjut ke Persia, pusat lahirnya tokoh-tokoh su