Langsung ke konten utama

Ramai Hisab Vs Rukyat, Mengapa ?

Permasalahan penentuan 1 Ramadhan 1433 H masih saja terasa hingga sekarang. Di dunia maya setiap pemberitaan tentang Hisab dan rukyat akan senantiasa menampilkan bahasan dan komentar yang prokontra. Yang pro rukyat akan mati-matian mempertahankan sunnah Nabi. Yang prohisab pun demikian. Terlepas dari itu semua adakalanya komentar yang diterbitkan tidak berdasar pada keilmuan yang dimiliki. Asbun, Asal Bunyi yang penting menulis komentar sepedas mungkin. Tak ayal hal ini menimbulkan perdebatan panjang yang tiada ujung. Ini bagi yang kurang berilmu
Lebih parah lagi ada yang merasa berilmu memberikan stetemen negatif dengan mengumbar opini seolah-olah yang tidak sepaham dengannya dikatakan sebagai kelompok yang menerapkan perkara bathil dalam beragama, Membuat bid'ah baru dan memecah bela umat karena tidak turut serta dalam pendapat sang ahli. Karena aperkara bathil, bid'ah dan tafarruq maka perlu diluruskan agar kembali ke jalan yang benar.  lengkapnya bisa dibaca disini
Sungguh sikap yang tidak perlu dan tidak menunjukkan sikap keilmuan yang dalam. Tidak dapat memberikan pencerahan terhadap umat tapi justru sengaja memancing di air keruh dengan memanfaatkan keadaan.
Perkara perbedaan ini sesungguhnya adalah perkara basi yangsering terjadi dari kurun waktu yang sangat lama. Jika kita cermati seharusnya umat sudah semakin dewasa dalam hal ini. Namun karena ada yang berusaha untuk mengorek-orek perkara ini maka muncullah riak-riak gelombang. Tanpa menyalahkan pihak yang mersa benar dengan stetemen negatfinya, seharusnya dapat menahan diri. Lebih dari itu media turut andil dalam membesarkan hal ini.
Ada banyak solusi yang ditawarkan dalam memecahkan kebuntuhan. Salah satunya adalah membuat format baku terhadap penanggalan kamariah. Memang hal ini terkesan mustahil karena ada perbedaan prinsip dalam penetapannya. Satu sisi memilih rukyat dan satu sisi bersikukuh dengan hisab dengan kelebihan masing-masing.

Selain itu sebenarnya pengampuh kebijakan negeri ini harus memahami bahwa penetapan ini dalam rangka apa. Apakah mengatur kehidupan beragama ataukah hanya masalah administrasi. Jika penetapan ini masuk dalam penetapan administasi maka tidak banyak hal yang timbul. Tetapi jika itu sudah masuk rana kebebasan beragama, jangan disalahkan jika akan timbul penolakan pada sebagian golongan umat Islam. Bisa jadi sekarang masalah rukyat-hisab, kelak masalah kaifiyah ibadah. Perlu diketahui dulu umat juga pernah terpecah belah karena adanya pemaksaan madzhab tertentu.
Oleh karena itu seharusnya pemerintah kembali menempatkan dirinya sesuai porsinya. Yaitu memberikan kebebasan dalam beragama tanpa harus turut campur terlalu jauh dalam kehidupan beragama umat selama tidak menyimpang dari rel-rel yang ada.
Sehingga dalam beriabadah umat menjadi tenang, tanpa harus memusingkan masalah penetapan pemerintah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI Kelas 9 PB 1 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Gresik-Sunan Giri)

A. Pengantar Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah.  Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara. Adapun nama-nama Wali Songo sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati B. Buka Cakrawalamu Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa

SKI Kelas 8 PB 11 : B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah (Bagian 3)

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)   Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.  5. Abu Abdullah Al Quda’I, Ahli Ilmu Fiqih  Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir). 6. Para ilmuan muslim lainnya seperti : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat anNabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa

SKI Kelas 8 PB 9 :B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah

1. As-Suhrawardi al-Maqtul (Ilmuan Teosofis)  Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki banyak gelar diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul.  Suhrawardi melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi ke Maragha, di kawasan Azerbaijan. Di kota ini, Suhrawardi belajar filsafat, hukum dan teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Juga memperdalam filsafat kepada Fakhr alDin al-Mardini. Selanjutnya ke Isfahan, Iran Tengah dan belajar logika kepada Zahir Al-Din Al-Qari. Juga mempelajari logika dari buku al-Basa’ir al-Nasiriyyah karya Umar ibn Sahlan Al-Sawi. Dari Isfahan dilanjutkan ke Anatolia Tenggara dan diterima dengan baik oleh pangeran Bani Saljuq. Setelah itu pengembaraan Suhrawardi berlanjut ke Persia, pusat lahirnya tokoh-tokoh su

Mitos Sabdo Palon dan Noyo Genggong : Ini Jawabannya !

Telah banyak bersliweran kabar, informasi, cerita legenda dan hikayat tentang keberadaan abdi dalem Kraton MAJAPAHIT (WILWATIKTA) yang bernama SABDO PALON dan NAYA GENGGONG. Dari yang bersifat sangat halus hingga yang berisi SUMPAH SERAPAH yang bersangkutan di era runtuhnya MAJAPAHIT. Belum lagi terbitnya saduran buku-buku baik berupa ajaran atau ramalan yang mengatas namakan dua abdi ini, tetapi semuanya tidak dapat menunjukkan rujukan asli dari sumber ceritanya. Mengingat seringnya timbul pertanyaan mengenai hal ini di group dan forum WILWATIKTA (MAJAPAHIT), maka saya berinisiatif untuk menjelaskannya secara tertulis seperti ini agar bila pertanyaan yang sama muncul, rekan-rekan dapat mereferensi jawabannya dari catatan ini. Hal ini didasarkan pada pengalaman pribadi saya, baik ketika menerima ajaran adat maupun ketika saya berkunjung ke beberapa lokasi peninggalan WILWATIKTA / MAJAPAHIT (di Jawa Timur dan Jawa Tengah). Sesungguhnya penokohan abdi dalem y