Langsung ke konten utama

Orkes Dangdut : Antara Hiburan Rakyat dan Eksploitasi

Orkes dangdut, siapa yang tidak pernah nonton? Baik di televisi maupun langsung di lapangan becek, pasar, jalan raya maupun rumah-rumah warga yang sedang punya hajat. Dari orang dewasa, remanja bahkan nenek-nenek dan anak-anak pun senang nonton orkes dangdut.
Orkes dangdut adalah sebuah hiburan. Hiburan yang murah meriah dan bahkan gratis dan yang penting menyenangkan. Menyenangkan bagi yang menonton apalagi yang menyanyi. Yang menonton senang dan gembira karena mendapat tontonan gratis sedang yang menyanyi senang mendapat bayaran menyanyi plus saweran dari penonton.
Orkes dangdut saat ini menggurita. Ibaratnya jamur di musim hujan orkes dangdut saat ini berkembang dengan pesat-pesatnya. hampir di setiap desa saat ini sudah bermunculan grup orkes dangdut. Bisa satu, dua atau bahkan lebih grup yang ada tentu dengan kualitas yang berbeda pula. Kualitas inilah yang nanti menentukan tarif manggung mereka.
Mengenai tarif manggung grup orkes dangdut beragam tergantung kualitas dan nama besar yang dibawah oleh grup tersebut. Untuk yang mutunya kelas kampung mungkin kisaran 5 jutaan. tetapi untuk kelas kakap bisa jatdi puluhan  bahkan ratusan juta rupiah. Tentu dengan biduan yang lebih bagus lagi. Dan jika ingin biduan yang lebih top semisal Ayu Ting Ting atau Juple maka harus keluar kocek yang lebih tebal lagi.
Dalam Orkes dangdut dikenal istilah joget dan sawer. Joget adalah menari mengikuti irama lagu dengan model tarian yang tidak ada aturan bakunya. Boleh sekedar menggoyang bagian tubuh tertentu semisal pinggung, kepala, kaki bahkan hanya jari saja atau bahkan semua tubuh bergoyang. Hal ini lumrah daam orkes dangdut. Tetapi ada aturan juga yang sering disampaikan MC agar jangan sampai senggol-senggolan sehingga berujung pada tawuran.
Fenomena tawuran
adalah fenomena umum yang dijumpai pada seriap pertunjukan orkes dangdut. Boleh dikata ada orkes ada tawuran. Jadi jangan heran ketika ada orkes maka dijumpai tawuran yang kadangkala membawa korban baik itu sekedar luka maupun nyawa.Biasanya juga mereka tawuran karena mabok sehabis minum minuman keras.
Tradsisi lain dalam orkes adalah sawer. Sawer adalah memberikan uang pada biduan dengan jabatan tangan. Jika ada biduan yang semlohe dan enak suara plus goyangannnya maka ada saja penontong yang ngasih uang kepadanya. pemberian uang tersebut biasanya juga diiringi jogetan baik di atas maupun bawah panggung. Besarannya pun beragam tergantung kocek masing - masing.

Eksploitasi
Kata diatas saya tulis demikian karena kenyataannya menurut mata telanjang saya demikian. Ada hal-hal tertentu yang dieksploitasi dalam orkes dangdut yang tentunya diharapkan menjadi daya tarik tersendiri yang mengundang penonton.
Pertama adalah Baju minim. Sudah umum penyanyi dangdut memakai baju minim nan seksi. Jarang dijumpai penyanyi dangdut pakai baju longgar dan tertutup. Inilah yang membedakan dangdut dengan Samroh. Dalam pertunjukan dangdut mereka terbuka dan terkesan vulgar. Dan umumnya juga wanita. Jarang dijumpai biduan pria. Baju itu harus mengumbar....jika tidak maka terkesan tidak menarik. Jangan protes, karena tidak ada UU yang melarangnya dan ini juga sebagai kebebsan berkespresi menurut HAM.
Kedua adalah Tubuh. Seorang biduan semakin seksi semakin disukai. Ada bagian tertentu yang memang dijadikan daya tarik semisal (maaf) paha, pinggul, dan tentunya "susuatu". Apalagi tubuhnya putih mulus plus bajuh minim. Hmmm.... dan herannya kenapa selalu wanita. Dan anda jangan protes dan jangan munafik. Siapa yang tidak tertarik melihatnya. Jika anda senang lihat saja, jika senang tetapi dilarang agama yang jangan ditonton. Jangan juga demo, karena yang mereka tampilkan adalah hak dia cari nafkah.
Ketiga adalah goyangan. Tak asyik dangdut tanpa goyangan. Semua musyik dangdut selalu menyertakan goyangan meskipun lagu yang dibawahkan termasuk lagu sedih sekalipun mereka tetap goyang. Goyangannya pun variatif dan menuntut kreativitas. Mulai dari goyang gergaji, goyang ngebor, sampai dengan goyang jempol. Para biduan biasanya membuat goyangan sendiri sebagai ciri khas tampilan panggung mereka. Ada kesan memang beberapa goyangan artis dangdut sangat erotis. Jangan diprotes, maka semakin kencang protes disampaikan maka para biduan semakin senang. Protesan anda adalah sarana iklan yang paling mengenah. taruh contoh Inul Daratista. Dia bukan siapa-siapa. Gara-gara diprotes Bang Haji Rhoma Irama, mendadak dia menjadi tenar seketika. Dapat dibayangkan berapa job yang dia dapat setelah itu. Jadi, biarkan saja sampai dia karatan. hehehe....
Keempat adalah syair lagu. Banyak syair-syair lagu yang mengeksploitasi hal-hal berbau pornografi sehingga sebetulnya lagu tersebut layak sensor. Taruhlah contoh lagu CINTA SATU MALAM, HAMIL DULUAN. Yang lebih awal adalah lagu MAIN KAWIN-KAWINAN. Namun untuk tayangan pertunjukan di kampung-kampung siapa yang dapat menyensor. Kalaupun diketati maka jawabannya selalu HAM.
Kelima adalah anak-anak. banyak anaka-anak sekarang dijadikan obyek mencari uang dengan dijadikan biduan cilik. Meskipun biduan cilik jangan beranggapan lagu yang dibawakan adalah lagu anak-anak. Lagu yang dibawahkan tetap lagu orang dewasa. Penampilannya pun juga seperti orang dewasa. Mulai dari baju, goyangan sampai ekploitasi tubuh. Tentu atas seijin orang tuanya. Mungkin dengan cara ini anaknya akan jadi orang hebat dan mudah mencari uang ketika dewasa. Dan saran saya jangan protes. Itu termasuk HAM juga. Orang punya hak untuk mendidik anaknya sendiri.
So, inilah dangdut dan inilah hiburan rakyat yang murah meriah. Yang dicintai sebagai prodek asli negeri ini. Buka musik rock atau jazz. Jadi selamat menonton jika anda suka dan jangan tonton jika anda kurang suka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SKI Kelas 9 PB 1 : Menganalisis biografi Walisanga dan perannya dalam mengembangkan Islam (Sunan Gresik-Sunan Giri)

A. Pengantar Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul amri, yaitu orang yang memegang kekuasaan atas hukum kaum muslimin serta pemimpin masyarakat yang berwenang menentukan dan memutuskan urusan masyarakat, baik dalam bidang keduniawian maupun keagamaan. Wali yang dimaksud adalah Waliyullah yang mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai Allah. Adapun kata songo berasal dari bahasa Jawa yang bermakna “sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “wali sembilan” yang mencintai dan dicintai Allah.  Mereka dipandang sebagai pemimpin dari sejumlah mubaligh Islam di nusantara. Adapun nama-nama Wali Songo sebagai berikut; Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kali Jogo, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati B. Buka Cakrawalamu Tokoh-tokoh Walisongo sebagai waliyullah, yaitu orang yang dekat dengan Allah serta mulia. Walisongo juga berkedudukan sebagai waliyul

SKI Kelas 8 PB 11 : B. Sumbangsih Besar Ilmuan Muslim Daulah Ayyubiyah (Bagian 3)

4. Abdul Latief Al Baghdadi, Ahli Ilmu Mantiq (Logika)   Seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama Al-Azhar lainnya, ahli ilmu mantiq, bayan, Hadist, fiqh, ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya, sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.  5. Abu Abdullah Al Quda’I, Ahli Ilmu Fiqih  Ahli fiqih, hadis dan sejarah, beberapa karyanya adalah Asy Syihab (Bintang), Sanadus Sihah (Perawi Hadis-Hadis Sahih), Manaqib al Imam Asy Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i), Anba’ Al Anbiya’ (Cerita Para Nabi), ‘Uyun al Ma‘arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan), Al Mukhtar fiz Zikir al Khutat wa Al Asar (Buku Sejarah Mesir). 6. Para ilmuan muslim lainnya seperti : Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi, seorang ahli geografi dan juga ahli botani yang mencatat penelitiannya dalam buku Kitab Al-Jami’ li Asytat anNabat (Kitab kumpulan dan Tanaman). Ad-Dawudi, seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar Ma’rifah wa al-Ahjar wa

SKI Kelas 9 PB 5 : 3.6 Menganalisis biografi tokoh penyebar Islam di berbagai wilayah Indonesia - Syaikh Abdur Rauf as-Singkili & Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari

1. Syaikh Abdur Rauf as-Singkili  Nama aslinya adalah Abdur Rauf al-Fansuri yang lahir di kota Singkil. Beliau adalah orang pertama kali yang mengembangkan Tarekat Syattariyah di Indonesia.  Sekitar tahun 1640, beliau berangkat ke tanah Arab untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Abdur Rauf as-Singkili pernah bermukim di Makkah dan Madinah. Ia mempelajari Tarekat Syattariyah dari gurunya yang bernama Ahmad Qusasi dan Ibrahim al-Qur’ani. Kemudian, Abdur Rauf as-Singkili pernah menjadi Mufti Kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Sultanah Safiatuddin Tajul Alam.  Abdur Rauf as-Singkili memiliki sekitar 21 karya dalam bentuk kitab-kitab tafsir, hadits, fiqh, dan tasawuf. Beberpa karyanya antara lain sebagai berikut.  Kitab Tafsir yang berjudul Turjuman al Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah), yakni merupakan kitab tafsir pertama yang dihasilkan di Indonesia.  Umdat al Muhtajin, yaitu karya terpenting yang ditulis oleh Abdur Rauf asSingkili. Buku ini terdiri dari 7 bab yang memuat tentang dzik

Mitos Sabdo Palon dan Noyo Genggong : Ini Jawabannya !

Telah banyak bersliweran kabar, informasi, cerita legenda dan hikayat tentang keberadaan abdi dalem Kraton MAJAPAHIT (WILWATIKTA) yang bernama SABDO PALON dan NAYA GENGGONG. Dari yang bersifat sangat halus hingga yang berisi SUMPAH SERAPAH yang bersangkutan di era runtuhnya MAJAPAHIT. Belum lagi terbitnya saduran buku-buku baik berupa ajaran atau ramalan yang mengatas namakan dua abdi ini, tetapi semuanya tidak dapat menunjukkan rujukan asli dari sumber ceritanya. Mengingat seringnya timbul pertanyaan mengenai hal ini di group dan forum WILWATIKTA (MAJAPAHIT), maka saya berinisiatif untuk menjelaskannya secara tertulis seperti ini agar bila pertanyaan yang sama muncul, rekan-rekan dapat mereferensi jawabannya dari catatan ini. Hal ini didasarkan pada pengalaman pribadi saya, baik ketika menerima ajaran adat maupun ketika saya berkunjung ke beberapa lokasi peninggalan WILWATIKTA / MAJAPAHIT (di Jawa Timur dan Jawa Tengah). Sesungguhnya penokohan abdi dalem y

BLAI SLAMET

Mohon maaf bagi kawan-kawana yang kurang paham dengan bahasa Jawa. kata di atas memang kata-kata dalam bahasa jawa. orang jawa menyebutnya sebagai unen-unen . kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih menjadi "Celaka tetapi Selamat". kontradiktif sekali, tetapi demikianlah orang jawa. satu sisi orang terkena bencana atau kecelakaan. namun si satu sisi orang tersebut selamat. kalau kita renungkan lebih dalam lagi ternyata ada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Bencana atau kecelakaan atau juga kesialan memang sudah menjadi takdir yang tidak dapat kita hindari. bencana adalah kehendak Ilahi. tak seorang pun dapat menolaknya, termasuk yang nulis catatatn ini ketika mendapatkan blai   "kesialan" beruntun beberapa waktu yang lalu. orang jawa menerimanya sebagai sebuah keputusan Pencipta bagaimanapun keadaannya. namun dalam kondisi bersamaan, orang jawa mengatakan blai itu sebagai blai slamet   selama kesialan yang di dapa