Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Ketika Para Juru Dakwah Telah DipanggilNya, Kembali (Bag. 5)

Masjid At Taqwa II adalah saksi bisu perjalanan dakwah yang dilakukan H. Hasan Subagio. Tokoh karismatik dari dusun Dateng Desa Watesnegoro Ngoro Mojokerto. Tokoh yang tetap kukuh dalam jalur dakwah dan menghabiskan masa hidupnya hanya dalam rangka mendakwahkan Islam. Tokoh Muhammadiyah yang cukup punya nama. Yang menjadi tempat untuk mengaduh dan bertanya. Lingkup dakwahnya tidak hanya sekedar di wilayah kecamatan Ngoro saja  tetapi menyebar ke lain daerah semisal Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo, Jombang dan sekitarnya. Memang almarhum tidak sebesar tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya. tetapi kegigihannya menyisir dakwah di level bawah inilah yang jarang didapati tandingannya. Apalagi jika segenap hidupnya dihabiskan untuk dakwah. Masjid At Taqwah II, secara geografis letaknya strategis. Terletak di jantung Dusun Dateng Watesnegoro. Pusat kegiatan dakwah kaum muslimin. Sebelum awal tahun 90an masjid ini adalah satyu-satunya rumah ibadah di Dateng. baru saat itu seiring dengan perkembanga

Ketika Para Juru Dakwah Telah DipanggilNya, Kembali (Bagian 4)

Akhirnya jenazah selesai sudah disucikan. Tidak banyak proses yang kuketahui hingga akhirnya jenazah dikafani. Menurut keluarga ada satu wasiat yang tidak dapat dipenuhi. Bahwasanya almarhum telah berwasiat untuk dikafani dengan kain ihram yang dugunakan untuk meleaksanakan ibadah hajinya di tahun 1978. Namun, sampai jenasah disucikan kain tersebut tidak ditemukan. Akhirnya diambil keputusan bahwa jenazah dikafani dengan kain kafan biasanya. Ada waktu jedah yang lumayan lama antara mensucikan sampai mengubur jenazah. Pasalnya dari pihak keluarga yang jauh belum datang. maka ditunggulah pihak keluarga tersebut untuk menyaksikan kali terakhir almarhum sebelum dikebumikan. Jenazah diangkat dibawah ke Masjid At Taqwa II yang letaknya berada teapat di depan rumah Almarhum. Ada yang menarik tetang masjid ini. menurut sejarah masjid ini dibangun sebelum penulis dilahirkan. Tidak ada dokumen pasti. namun yang jelas, masjid ini mengalami beberapa pemugaran. Mulai dari bentuk gedhek yang sang

Ketika Para Juru Dakwah Telah DipanggilNya, Kembali (Bag. 3)

Bersama istri dan kedua anakku kulangkakan kaki kami ke arah barat. Haedar berjalan dengan kugandenga sedang Haekal bersama dengan ibunya di gendongan. Jarak rumah kami dengan almarhum hanya kisaran 100 m saja. Rumah almarhum menghadap arah barat. tepat seberang jalan terdapat sebuah masjid yang menjjadi pusat dakwah dan kegiatan di kampung Dateng. Istriku masuk lewat pintu belakang dengan Haekal. Sedangkan aku dengan Haedar langsung menuju bagian halaman depan rumah melewati samping utara rumah yang masih sangat luas tanahnya. memang salah satu orang yang meiliki pekarangan tanah yang luas adalah almarhum di kampung Dateng. Di depan sudah banyak para pelayat yang sudah datang. Beberapa Jamaah Masjid At Taqwa II nampak dengan raut kesedian. namapak juga warga kampung lainnya, tokoh masyarakat, warga Muhammadiyah dari Ngoro, Gempol dan lainnya yang tidak semuanya aku kenal satu persatu. Kusalami satu persatu dari mereka. mereka membalas. Ada juga sapaan dan pertanyaan tentang kabar.

Ketika Para Juru Dakwah Telah DipanggilNya, Kembali (Bag. 2)

Sontak kabar itu mengagetkan aku. demikian juga istri yang ada di dapur. Ada perasaan tak percaya, sedih, kehilangan menjadi satu. Kecamuk pikiran juga tak menentu. Pertanyaan - pertanyaan berputar di ubun - ubunku. "Bagaimana nasib umat ini ?" gumanku dalam hati "Bagaimana warga Muhammadiyah ?" aku masih tak percaya. "Dimanakah kami bertanya dan mengaduh ?" Secepat mungkin kugendong si kecil Haekal dan kumandikan di belakang menyusul Haedar. Kupakaikan pakaian bagi mereka berdua. Khusus Haedar kukenakan untuknya seragam olah raga TKnya, kebetulan Haedar sudah saya plot untuk sekolah di TK ABA 14 Watesnegoro depan Rumah Almarhun H. Hasan dikarenakan dalam waktu relatif singkat kami sekeluarga akan berpindah ke Glatik Watesnegoro. sementera istri yang ada di belakang segera berbenah dan meninggalkan aktivitas rutin perdapuran. Secepatnya kami sekeluarga berangkat untuk bertakziyah ke rumah duka. Dengan mengendarai motor secepatnya kami berangkat takziy

Hitam di Dahi, Nyunni ?

Tanya : “Bagaimana cara menyamarkan/menghilangkan noda hitam di kening/di jidat karena sewaktu sujud dalam shalat terlalu menghujam sehingga ada bekas warna hitam?” 0281764xxxx Jawab : مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ Yang artinya, “ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud ” (QS al Fath:29). Banyak orang yang salah paham dengan maksud ayat ini. Ada yang mengira bahwa dahi yang hitam karena sujud itulah yang dimaksudkan dengan ‘ tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud ’ . Padahal bukan demikian yang dimaksud

Ketika Para Juru Dakwah Telah DipanggilNya, Kembali

            Tanggal 1 Oktober 2011, ba'dah subuh. Ketika itu keadaan tubuhku masih dalam keadaan capai setelah aktivitas yang sangat padat yang aku kerjakan seharian penuh pada hari jumat sebelumnya. kugunakan waktu senggang habis subuh sampai dengan waktu akan berangkat sekolah dengan sedkit bermalas-malasan di kamar bersama anak-anak yang masih terlelap dengan wajah kejujuran meraka. sementara istri telah lama membantu aktivitas dapur umum di belakang. Waktu itu kami masih berada di perumahan WMI (dibaca : Wisma Mertua Indah). Kurang lebih hampir lima tahun sudah kami ndompleng di sana sampai menelorkan 2 generasi penerus yang kesemuanya laki-laki. HAEDAR ASADULLAH LAZZUARDI dan HAEKAL AZHAR LAZZUARDY . Yang pertama bermakna Singa Allah yang Pemberani yang bagi kami adalah permata hati. dan yang kedua bermakna Pria Gagah Rupawan yang menyinarkan kebaikan yang bagi kami adalah harta kami yang berharga. sambil memeluk mereka berdua kadang kala diri masih terbawah dalam sebuah lena

Amalan Sholih di Awal Dzulhijah

Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala masih memberikan kita berbagai macam nikmat, kita pun diberi anugerah akan berjumpa dengan bulan Dzulhijah. Berikut kami akan menjelasakan keutamaan beramal di awal bulan Dzulhijah dan apa saja amalan yang dianjurkan ketika itu. Semoga bermanfaat. Keutamaan Sepuluh Hari di Awal Bulan Dzulhijah Di antara yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah hadits Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ . يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ “Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat berta

Larangan Memotong Kuku dan Mencukur Rambut Bagi Pekurban

Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah ditanya, “Katanya ada hadits yang menjelaskan bahwa siapa yang ingin berqurban atau keluarga yang diniatkan pahala untuk berqurban, maka ia tidak boleh mencukur bulu, rambut kepala dan juga memotong kuku sampai ia berqurban. Apakah larangan ini umum untuk seluruh anggota keluarga (yang diniatkan dalam pahala qurban), baik dewasa atau anak-anak? Ataukah larangan ini berlaku untuk yang sudah dewasa saja, tidak termasuk anak-anak?” Jawab: Kami tidak mengetahui lafazh hadits sebagaimana yang penanya sebutkan. Lafazh yang kami tahu sebagaimana shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diriwayatkan oleh al Jama’ah kecuali Al Bukhari yaitu dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha , إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ “Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzul Hijah (maksudnya telah memasuki satu Dzulhijah, pen) dan kalian